Dairi - Kematian ternak babi di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, sudah dalam kategori wabah.
Data dihimpun, sesuai laporan masyarakat, per tanggal 17 Oktober 2019, jumlah ternak babi mati 1.004 ekor. Kerugian materi ditaksir Rp 700 juta.
Setiap hari, jumlah ternak babi yang mati, meningkat. Tidak tertutup kemungkinan, mengancam 110.000 ekor populasi ternak babi di Kabupaten Dairi.
Jenis virus, hingga kini belum ditemukan. 12 sampel yang diperiksa Balai Veteriner Regional I Medan, tiga sampel positif hog cholera. 9 sampel lagi, belum dipastikan, namun suspect (diduga) African Swine Fever (ASF).
Penyakit yang menyerang ternak babi itu, tidak dapat menular ke manusia. Dari 15 Kecamatan di Kabupaten Dairi, hanya dua lagi yang tidak terpapar. Kecamatan Silahisabungan dan Gunung Sitember.
Hal itu disampaikan tim gabungan lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) penanggulangan wabah penyakit babi, Jumat 18 Oktober 2019, di Sidikalang.
Tim gabungan itu, terdiri dari Dinas Pertanian, Kesehatan, Lingkungan Hidup, PU dan PR, Satpol PP, BPBD dan camat se-Kabupaten Dairi.
Ketua tim, Posmatua Manurung memaparkan, virus dimaksud telah menyerang beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.

Di Indonesia, khususnya di Sumatra Utara, virus yang gejalanya mirip hog cholera itu menyerang di Medan, Deli Serdang, Humbahas, Tobasa, Samosir, Tapanuli Utara dan Dairi.
Namun kita juga sedang pelajari apakah ini bisa dibuat menjadi tanggap darurat bencana
Disebutkan, tindakan preventif dan penanggulangan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Dairi di antaranya, melaksanakan peningkatan biosecurity, pencegahan dengan desinfeksi kandang ternak dan vaksinasi.
Selain itu, melakukan investigasi penyakit bersama instansi terkait. Melaksanakan pembagian desinfektan, obat dan vaksin kepada peternak yang melaporkan kejadiannya ke Dinas Pertanian Dairi.
Terkait desinfektan, obat-obatan, dikatakan Kadis Pertanian Kabupaten Dairi, Herlina Lumban Tobing, stok saat ini menipis.
Disebut, alokasi desinfektan tahun 2019 hanya 40 liter. Itu ditaksasi untuk penyemprotan 400 kandang. Karena wabah kematian ternak babi saat ini, desinfektan itu hampir habis.
Hingga Jumat 18 Oktober 2019, penyemprotan tetap dilakukan. Kabid Peternakan pada Dinas Pertanian Kabupaten Dairi, Jhon Manurung mengatakan, posisi terakhir penyemprotan dilakukan di sekitar Jalan Sisingamangaraja dan Perluasan, Kecamatan Sidikalang.
"Kita harus akui ketersediaan obat-obatan yang ada pada kita sangat terbatas. Namun kita juga sedang pelajari apakah ini bisa dibuat menjadi tanggap darurat bencana," tambah Posmatua, menjawab pertanyaan apakah ada pos anggaran belanja tidak terduga yang dapat dialokasikan untuk belanja pengadaan desinfektan.
Melalui kesempatan itu, untuk meminimalisir penyebaran wabah penyakit, Pemerintah Kabupaten Dairi mengimbau warga melakukan pembersihan dan penyemprotan kandang ternak dengan desinfektan, serta tidak sembarangan membuang bangkai ternak babi.
Jika ada masyarakat yang kewalahan menanam bangkai ternak babinya, diminta melapor ke tim gabungan. Tim akan membantu penanaman.[]