Semarang - Libur Natal dan Tahun Baru bersamaan dengan masuknya musim hujan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah (Jateng) telah melakukan pemetaan wilayah yang rentan terjadi bancana alam, baik tanah longsor maupun banjir
Kepala BPBD Jateng Sudaryanto mengungkapkan ada 30 kabupaten kota, dari 35 kabupaten kota di Jateng, masuk kategori rentan terjadi bencana alam. Sejumlah langkah antisipasi telah disiapkan jika sewaktu-waktu terjadi kejadian tak terduga.
"Termasuk sampai kecamatan dan desa sudah kami kira-kira titik rawan bencananya," kata dia di Semarang, Rabu, 18 Desember 2019.
Sudaryanto menyebut daerah yang rawan banjir ada 1.353 desa di 277 Kecamatan. Kemudian, untuk daerah rawan bencana tanah longsor sebanyak 1.752 desa di 306 Kecamatan.
Termasuk sampai kecamatan dan desa sudah kami kira-kira titik rawan bencananya.
"Untuk bencana angin puting beliung kemarin juga sudah terjadi. Terakhir di 22 kabupaten, lumayan rusak sekitar 4.000 lebih. Kalau yang puting beliung ini ada 1.239 desa di 218 kecamatan," jelasnya.
Ada tiga hal penting yang menjadi arahan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menjelang libur Natal dan Tahun Baru saat ini. Yakni, memberikan informasi peta rawan bencana kepada kepala desa, komunitas relawan, TNI-Polri.
Dengan demikian bisa mendorong kesiapsiagaan bagi masyarakat sehingga menghindarkan korban jiwa. "Kedua, seluruh kabupaten kota dan kekuatan pendukung harus selalu stand by dan aktifkan posko bencana," ujar dia.
Arahan Ganjar ketiga adalah segera dan selalu menyebarkan info perkembangan cuaca dari BMKG setiap hari sesuai data terakhir.
"Jadi setiap hari kami menunggu laporan dari BMKG. Ketika orang lewat jalur mudik, oh ya saya harus lewat jalur ini, tidak lama-lama di jalur ini karena kabupaten kota sudah punya peta rawan bencana," jelas Sudaryanto.
Langkah lain adalah dengan pemasangan rambu yang menginformasikan kerawanan bencana alam. Juga telah memberikan pelatihan kepada aparat dan warga desa, termasuk sosialisasi pengenalan maupun tanggap bencana.
"Sekitar 300 desa sudah dilatih yang namanya dengan desa tangguh bencana dan sekitar 86 sudah mendapat sosialisasi," tuturnya.
Pemasangan alat peringatan dini bencana juga tak luput perhatian. Setidaknya 82 early warning system (EWS) sudah terpasang. Warga desa sudah tahu dan memahami apa yang harus dilakukan ketika alam maupun EWS memberi tanda bahaya.
Terkait dengan logistik, BPBD sudah menyiapkan kebutuhan pengungsi di tiap kabupaten Kota. Termasuk sarana prasarana pendukung seperti perahu karet dan alat berat. []
(Parwito)
Baca juga:
- Masyarakat Gowa Waspada Bencana Banjir Bandang
- Polisi Back Up Penanganan Bencana Alam di Sleman
- Musim Hujan, BPDB Maros Pasang Rambu Rawan Bencana