TAGAR.id, Pinrang, Sulsel - “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidikan hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”. (Ki Hajar Dewantara). Filosofi KHD yang termaknai dalam perhelatan Lokakarya 7 dan Festival Panen Hasil Guru Penggerak Angkatan X dengan tema “Guru Penggerak Indonesia Maju” di Pinrang (26/10/2024).
Dilaksanakan serentak di 24 kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan (Sulsel), termasuk di Kabupaten Pinrang yang berlangsung semarak di aula dan pelataran Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pinrang.
Pengunjung ramai memadati puluhan stand pameran hasil karya 103 CGP yang merupakan produk dari praktik baik selama 6 bulan masa pembekalan Calon Guru Penggerak (CGP). CGP juga mempresentasikan proses pembelajaran yang berpihak pada murid dalam sesi kelas berbagi.
Kelas berbagi menampilkan tiga CGP sebagai presenter yang menjelaskan materi-materi modul pembekalan CGP diantaranya tentang filosofi Ki Hajar Dewantara yang termuat dalam modul Paradigma dan visi guru penggerak, nilai dan peran guru penggerak, penerapan budaya positif, pembelajaran diferensiasi, pengelolaan sosial emosional, coaching, pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, pengelolaan aset dan program yang berdampak pada murid.
Hastuti, salah satu nara dari UPT SLB 1 Pinrang, dalam presentasinya memaparkan pentingnya memahami kebutuhan peserta didik Sekolah Luar Biasa atau peserta didik yang berkebutuhan khusus (disabilitas) dengan baik dan tepat. Namun yang terpenting adalah memahami jika peserta didik berkebutuhan khusus berbeda tapi bukan untuk dibeda-bedakan.
Lebih lanjut Hastuti menjelaskan penerapan filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid, menguatkan jika peserta didik atau anak bukan seperti teori tabularasa yang dikembangkan oleh John Locke dalam karyanya “Some Thoughts Concerning Education” (1982) yang menyatakan anak sejak lahir ibaratnya seperti kertas kosong. Teori ini mengabaikan jika anak memiliki bawaan sejak lahir. Padahal anak memiliki bawaan atau laku sejak lahir yang oleh KHD pendidik harus menuntun anak untuk menebalkan laku baiknya dan mengaburkan laku yang tidak baik.
Peserta Lokakarya 7 dan Festival Panen Hasil Guru Penggerak Angkatan X dengan tema “Guru Penggerak Indonesia Maju” di Pinrang (26/10/2024). (Foto: Dok/Ist)
Presentasi praktik baik juga dipaparkan Hamsah, CGP dari SMK 7 Pinrang dan Rusni CGP dari SD 300 Pinrang. Menurut mereka, pendekatan diferensiasi dilakukan berdasarkan kesiapan belajar, gaya belajar dan bakat minat peserta didik yang dipahami melalui assessment. Keterbatasan sarana tidaklah menjadi hambatan dalam pembelajaran berdiferensiasi. Karena sejatinya diferensiasi adalah pengakuan bahwa peserta didik itu beragam, sehingga pembelajaran berdiferensiasi dapat terpenuhi dengan pendekatan berbasis aset sekolah.
Hasrijal, SPd, MPd, Kabid PTK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pinrang dan selaku Ketua Panitia, dalam sambutannya menyebutkan sebanyak 103 CGP dan kepala sekolah atau pendamping, dan 22 pengajar praktik yang menjadi peserta. Hasrijal juga menyebutkan sebanyak 466 guru di Kabupaten Pinrang yang mengikuti program guru penggerak mulai angkatan I, VI, VIII, IX, X dan sementara menunggu pembekalan untuk angkatan XII di tahun 2025 mendatang.
Balai Besar Guru Penggerak Provinsi Sulawesi Selatan yang diwakili oleh Bahtiar S.Pd, M.Si mengucapkan selamat kepada peserta CGP yang telah menjalani pembekalan selama 6 bulan dan menegaskan jika Lokakarya 7 Guru Penggerak dan Panen Hasil ini bukanlah akhir tapi menjadi awal bagi para CGP dapat berbuat lebih baik lagi dan tujuan akhir dari program guru penggerak adalah mewujudkan peserta didik yang berkarakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Dan sasaran utamanya adalah peserta didik.
Muhammad Hayat, SPd, MPd, mewakili Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII Provinsi Sulawesi Selatan, dalam sambutannya mengharapkan perubahan paradigma CGP. Kalau dulu guru adalah pengendali, maka sekarang guru menjadi pelayan atau menghamba pada peserta didik. Tentunya sebagai pelayan, guru harus berpikir sebelum bertindak dan sebelum melakukan kegiatan. Jika dapat berdampak baik bagi masa depan peserta didik silahkan melakukan. Namun jika tidak berdampak, maka hentikan kegiatannya.
Pj Bupati, H. Ahmad Akil, Se, M.M, dalam sambutannya menjelaskan guru di Kabupaten Pinrang memiliki kompetensi dan ini meningkatkan kepercayaan dirinya untuk bergerak dan berkarya. Pj Bupati juga secara resmi membuka Lokakarya 7 dan Panen Hasil Guru Penggerak Angkatan X Kabupaten Pinrang. (Nurhidayah Mantong). []