2 Mitos Kontras Perjodohan di Gua Sunyaragi Cirebon

Bangunan kuno dari bebatuan karang tersusun rapi, berdiri kokoh di sudut Kota Cirebon, Jawa Barat. Ini tentang Gua Sunyaragi dan mitosnya.
Taman Air Gua Sunyaragi di Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Tagar/Yohanes V.F Charles)

Cirebon - Bangunan kuno dari bebatuan karang yang tersusun rapi, berdiri kokoh di salah satu sudut Kota Cirebon, Jawa Barat. Batu-batu runcing itu dipadukan dengan batu bata kuno, membentuk rongga-rongga gua yang unik di kompleks Taman Air Gua Sunyaragi, atau lebih dikenal dengan Gua Sunyaragi.

Beberapa kolam, air terjun mini buatan, dan saluran air terdapat di kompleks yang terletak di Jalan Brigadir Jenderal Dharsono By Pass Kota Cirebon ini. Konon, dulunya kompleks seluas 15 hektere ini juga disebut istana air atau water castle, karena lokasinya berada di tengah Danau Danau Jati. Tapi air yang memenuhi taman air ini mengering seiring keringnya Danau Jati.

Di kompleks yang merupakan situs peninggalan kerajaan Islam Cirebon ini terdapat beberapa gua dengan fungsi yang berbeda. Di antaranya Bangsal Jinem sebagai tempat sultan memberi wejangan sekaligus melihat prajurit berlatih. Gua Pengawal sebagai tempat berkumpul para pengawal sultan. Gua Pandekemasang sebagai tempat membuat senjata tajam.

Berikutnya Gua Simanyang sebagai tempat pos penjagaan. Gua Langse sebagai tempat bersantai. Gua Peteng sebagai tempat nyepi untuk kekebalan tubuh. Gua Arga Jumud sebagai tempat orang penting keraton. Gua Padang Ati sebagai tempat bersemedi. Gua Kelanggengan sebagai tempat bersemedi agar langgeng jabatan. Gua Lawa sebagai tempat khusus kelelawar. Dan Gua Pawon sebagai dapur penyimpanan makanan, serta Kompleks Mande Kemasan yang sebagian bangunannya sudah hancur.

Selain beberapa gua yang menjadi daya tarik utama, di kompleks gua tersebut juga berkembang beberapa mitos, termasuk dua mitos yang saling bertentangan tentang perjodohan.

Banyak mitos di Gua Sunyaragi yang berkembang di masyarakat.

Gua SunyaragiTaman Air Gua Sunyaragi di Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Tagar/Yohanes V.F Charles)

Hari itu, Sabtu, 21 Desember 2019, Tagar menemui Jajat Sudrajat, pemerhati budaya Cirebon sekaligus pengelola Gua Sunyaragi. Jajat mengatakan dua mitos di sini berkaitan dengan patung perawan Kunti dan mitos yang ada di Gua Kelanggengan.

Patung perawan Kunti terletak di mulut salah satu gua, yaitu Gua Peteng. Konon patung tersebut tidak boleh disentuh orang yang belum menikah, karena akan membuatnya sulit mendapatkan jodoh.

Sementara mitos yang bertentangan adalah mitos enteng jodoh untuk orang-orang yang masuk ke dalam Gua Kelanggengan. "Banyak mitos di Gua Sunyaragi yang berkembang di masyarakat, yang hak terbit merupakan kekayaan budaya Cirebon," tutur Jajat.

Mitos lain adalah tentang adanya lorong yang tembus hingga ke Kota Mekkah dan Madinah di jazirah Arab.

Sejarah Gua Sunyaragi

Secara umum, Kompleks Gua Sunyaragi dibuat untuk tempat tafakur keluarga Keraton Cirebon. Di dalam gua yang bahan bangunannya diambil dari laut selatan Jawa tersebut, para keluarga Keraton Cirebon menyucikan diri dan bertapa hingga berbulan-bulan lamanya.

Kata Jajat, hal itu sesuai nama Gua Sunyaragi dalam Bahasa Cirebon, yang disebut 'taman kaputren panyepi ing raga'. Artinya, taman keluarga keraton untuk menyucikan diri, sebagai pengganti kata bertapa, yang dinilai merupakan peninggalan Hindu.

"Penyepi ing raga di sini adalah kearifan lokal untuk menghapus kata 'bertapa', karena bertapa berasal dari Hindu, meskipun wujudnya sama, yaitu menyucikan diri dari dunia ramai," ujarnya. 

Ada dua versi sejarah berdirinya Gua Sunyaragi. Pertama adalah informasi lisan yang disampaikan secara turun-temurun oleh para bangsawan Cirebon atau keturunan keraton.

Versi ini dikenal dengan sebutan versi Carub Kanda. Versi yang juga tercatat pada Keraton Kasepuhan Cirebon ini menyebutkan, Gua Sunyaragi dibangun karena Pesanggrahan Giri Nur Sapta Rengga berubah fungsi menjadi tempat pemakaman raja-raja Cirebon, yang sekarang dikenal sebagai Astana Gunung Jati.

Hal ini juga berkaitan dengan perluasan Keraton Pakungwati, yang sekarang bernama Keraton Kesepuhan Cirebon pada 1529, berupa pembangunan tembok keliling keraton, Siti Inggil, dan lain-lain.

Kedua adalah versi Caruban Nagari, yaitu berdasarkan buku Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Kararangen atau yang kerap disebut Pangeran Arya Carbon pada 1720. Dalam versi ini disebutkan Gua Sunyaragi didirikan tahun 1703 oleh Pangeran Arya Carbon, cicit Sunan Gunung Jati. Versi inilah yang sampai sekarang menjadi acuan para pemandu wisata Gua Sunyaragi.

Gua SunyaragiTaman Air Gua Sunyaragi di Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Tagar/Yohanes V.F Charles)

"Gaya arsitektur Gua Sunyaragi merupakan hasil dari perpaduan antara gaya Hindu, Tiongkok, Islam, dan Eropa. Hal tersebut bisa dilihat dari gaya atau corak dan motif ragam hias yang muncul serta pola-pola bangunan yang beraneka ragam," tutur Jajat.

Bangunan di Kompleks Gua Sunyaragi, kata Jajat, tidak dibuat asal-asalan atau tanpa arti. Masing-masung bangunan di sini mengandung filosofi tentang kebaikan.

Gua Peteng misalnya, sebagai simbol keluarnya manusia dari kegelapan. Makna gelap ini banyak, yakni gelap pikiran, gelap hati, dan lain-lain. Oleh karena itu, Gua Peteng difungsikan untuk bertafakur dan menyucikan diri dari kegelapan. Posisi Gua Peteng pun dibuat membujur dari arah barat ke timur, untuk mengikuti arah kiblat.

Beberapa bangunan dan gua lain juga memiliki nilai filosofi, tapi Jajat tidak menjelaskan secara rinci nilai filosofi masing-masing bangunan. "Masing-masing mempunyai filosofi tersendiri terkait kehidupan. Seperti Gua Peteng adalah salah satu dari filosofi kehidupan tersebut," tuturnya.

Kompleks Gua Sunyaragi sempat mengalami beberapa kali perombakan dan perbaikan. Pada tahun 1852, kompleks yang menjadi benteng pertahanan saat itu, sempat diperbaiki, karena sempat dirusak Belanda pada 1787.

Kala itu Sultan Adiwijaya meminta seorang arsitek Tiongkok, Tan Sam Cay, untuk memperbaikinya. Namun, akhirnya arsitek China itu justru ditangkap dan dibunuh karena dianggap telah membocorkan rahasia Gua Sunyaragi kepada Belanda. Karena itulah, di salah satu sudut kompleks Gua Sunyaragi terdapat patok bertulis ”Kuburan China”.

Pemugaran selanjutnya dilakukan pada tahun 1937-1938 oleh pemerintah kolonial Belanda. Namun, pemugaran tersebut hanya memperkuat konstruksi asli, dengan menambah tiang-tiang atau pilar bata penguat, terutama pada bagian atap lengkung.

Belanda juga menghilangkan beberapa bentuk asli di kompleks tersebut, karena dianggap membahayakan bangunan keseluruhan. Seperti terjadi di Gua Pengawal dan sayap kanan-kiri antara gedung Jinem dan Mande Beling.

Pemugaran terakhir dilakukan Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Sejarah dan Purbakala, Direktorat Jenderal Kebudayaan pada 1976 hingga 1974. Saat itu pemugaran Gua Sunyaragi dilakukan secara keseluruhan. Sejak itu tak ada lagi aktivitas pemeliharan yang serius pada kompleks ini.

Hingga kini Gua Sunyaragi masih ramai dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara. Pihak pengelola mematok harga tiket cukup terjangkau, yakni Rp 10.000 per orang.

Selain menyajikan keindahan situs peninggalan masa lalu, di area kompleks juga terdapat panggung budaya, yang kerap digunakan untuk pementasan kesenian Cirebon. Panggung ini pernah digunakan saat pembukaan Festival Keraton Nusantara XI 2017. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Bersepeda Menebar Ke-bike-an di Bantaeng
Sore itu cuaca cerah, dua jam jelang matahari terbenam di sebelah barat Pantai Seruni, Kabupaten Bantaeng. Sekelompok orang muda siap bersepeda.
Qudratullah, Dosen Muda Berprestasi, Lajang Ganteng dari Bantaeng
Di bawah pucuk-pucuk pinus dan kabut tipis bumi perkemahan Trans Muntea, Desa Bonto Lojong, Kecamatan Ulu Ere, Kabupaten Bantaeng.
Sejarah Makam Raja Pehobi Sabung Ayam di Jeneponto
Ratusan batu nisan yang disebut pajjerakkang berjejer di area kompleks pemakaman Raja Binamu, di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi