Pesisir Selatan - Sebanyak 213 warga Pesisir Selatan yang merantau ke Papua, mencari nafkah di bumi cenderawasih itu, akhirnya pulang kampung usai tragedi berdaerah di Wamena.
Mereka pulang didanai Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Kepala Cabang ACT Sumatera Barat, Zeng Wellf, mengatakan pemulangan pengungsi asal Minang itu berlangsung sejak Kamis, 3 Oktober 2019.
"Berangkat dengan maskapai Ekspres Air," kata Zeng kepada Tagar di sela menerima kedatangan pengungsi di Kantor Camat Bayang di Pasar Baru, Pesisir Selatan, Jumat, 4 Oktober 2019.
Sebelumnya, 11 warga Kabupaten Pesisir Selatan menjadi korban kerusuhan brutal di Wamena. 9 orang meninggal, 2 orang luka parah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena, Jayawijaya.
Banyak orang Minang yang merantau di Papua ingin pulang setelah kejadian tersebut.
Sesama perantau Minang di mana pun berada menjadi semakin kompak.

Pembina ACT M. Ikmam Akbari mengatakan pemulangan para perantau ini bukan eksodus. Namun sekadar pulang sementara, melepas rindu usai tragedi Wamena.
Ikmam mengatakan ACT masih terus melakukan pelayanan di antaranya trauma healing, layanan kesehatan, memberikan bantuan makanan bagi seluruh pengungsi di Papua.
"Hikmah yang kita ambil dari peristiwa ini adalah sesama perantau Minang di mana pun berada menjadi semakin kompak," kata Ikmam.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Ikatan Keluarga Minang (IKM) Wamena, Novri Zendra, mengatakan sampai, Jumat, 3 Oktober 2019, tidak ada lagi perantau Pesisir Selatan di Papua yang mendaftarkan diri untuk pulang kampung.
Novri berharap pemerintah daerah lebih proaktif menangani perantau korban Wamena. Sebab, lebih dari 90 persen perantu Minang di Wamena adalah warga Pesisir Selatan. []
Baca kesaksian mereka:
- Saksi Mata: Kondisi Wamena Papua Seperti Film Rambo
- Pesan Terakhir Sebelum Meninggal di Kerusuhan Wamena