Jakarta – Para pemimpin Uni Eropa (UE) kesulitan untuk menyelesaikan perselisihan tentang distribusi suntikan vaksin virus corona (Covid-19) sementara mereka mencoba meningkatkan vaksinasi di 27 negara anggota UE di tengah-tengah kekurangan pasokan vaksin, lonjakan kasus baru, dan perselisihan dengan Inggris.
"Kita berada pada awal gelombang ketiga di Eropa, dan di banyak negara anggota Eropa, penularan meningkat lagi," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen setelah pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa secara virtual, Kamis, 25 Maret 2021.
"Hanya untuk memperjelas, kita hendak memastikan bahwa Eropa mendapatkan bagian vaksin yang adil," ujar von der Leyen.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, pidato di depan anggota parlemen Eropa pada sesi pleno di Parlemen Eropa di Brussels, 16 Desember 2020 (Foto: voaindonesia.com/AP)
Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, memuji "KTT Euro yang luar biasa" pada Kamis, 25 Maret 2021, yang juga menyambut Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, untuk membahas peningkatan kerja sama TransAtlantik setelah empat tahun hubungan yang memburuk selama pemerintahan Presiden Donald Trump.
Michel mengatakan Biden mampu "mengungkap visinya tentang kerja sama masa depan antara Uni Eropa dan Amerika."

Berbicara setelah pertemuan para pemimpin Uni Eropa, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, bersikeras bahwa Uni Eropa tidak "egois" dalam langkahnya memperkuat kendali ekspor vaksin virus corona.
Macron menyarankan mekanisme diberlakukan setelah blok tersebut menyadari bahwa Amerika telah "memprioritaskan pasar domestiknya" dan Inggris "tidak banyak mengekspor dosis - jika negara itu mengekspornya." (ka/jm)/Associated Press/voaindonesia.com. []