TAGAR.id, Jakarta - Menurut informasi dari idibogor.org, salah satu penyakit yang sering dialami oleh orang dewasa terutama lansia adalah Osteoporosis. Kondisi ini terjadi ketika kepadatan tulang mulai berkurang dan menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh. Prevalensi osteoporosis di Indonesia sekitar 10,3%, artinya dua dari lima penduduk Indonesia berisiko terkena osteoporosis.
IDI Kota Bogor adalah salah satu organisasi kesehatan dan menjadi wadah profesi bagi para dokter di Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bogor adalah organisasi profesi yang mewadahi para dokter di wilayah Bogor.
IDI berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, mendukung pengembangan profesionalisme dokter, serta memberikan informasi dan edukasi kesehatan kepada masyarakat. IDI Bogor kemudian meneliti lebih lanjut mengenai penyakit osteoporosis yang sering menyerang dan mengganggu kesehatan masyarakat Indonesia. Rekomendasi obat yang tepat bagi para penderitanya.
Apa saja penyebab utama terjadinya osteoporosis?
Dilansir dari laman https://idibogor.org, ketika proses pembentukan tulang baru tidak dapat mengimbangi hilangnya tulang lama, hal ini menyebabkan struktur tulang menjadi lemah, yang meningkatkan risiko patah tulang. Adapun penyebab utama terjadinya osteoporosis meliputi:
1. Usia dan penuaan
Osteoporosis muncul sebagai akibat dari penuaan. Kemampuan tubuh untuk menghasilkan lebih banyak tulang baru berkurang seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia tiga puluh tahun, ketika massa tulang tubuh mencapai puncaknya.
2. Gaya hidup tidak sehat
Penurunan massa tulang lebih cepat dapat terjadi karena alasan lain, seperti kurangnya aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan. Olahraga teratur memperkuat otot dan tulang, sementara merokok dan alkohol mengganggu metabolisme tulang.
3. Perubahan hormon dalam tubuh
Penyebab utama pengeroposan tulang adalah penurunan hormon estrogen pada wanita setelah menopause; penurunan testosteron pada pria juga dapat berdampak pada kesehatan tulang. Memiliki riwayat keluarga osteoporosis juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit tersebut.
4. Berat badan lebih rendah
Berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) di bawah 18,4, seseorang dianggap memiliki berat badan rendah atau underweight pada orang dewasa jika berat badannya berada di bawah rentang normal untuk usia dan jenis kelaminnya. Orang-orang dengan berat badan rendah memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah, yang meningkatkan risiko osteoporosis.
5. Adanya gangguan makan
Kondisi seperti anoreksia nervosa atau pola makan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan meningkatkan risiko osteoporosis.
6. Kondisi medis tertentu
Risiko terkena osteoporosis dapat meningkat karena penyakit seperti anoreksia nervosa, gangguan tiroid, sindrom Cushing, dan penyakit pencernaan yang mengganggu penyerapan nutrisi.
Apa saja obat yang direkomendasikan untuk mengurangi gejala osteoporosis?
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bogor telah merangkum beberapa obat yang dapat mengurangi rasa sakit pada tulang akibat osteoporosis. Untuk mengatasi gejala osteoporosis dan meningkatkan kepadatan tulang, beberapa obat yang direkomendasikan meliputi:
1. Bisfosfonat
Obat ini meningkatkan kepadatan tulang dan mengurangi resorpsi tulang. Salah satu obat ini yang digunakan untuk mencegah dan menangani osteoporosis, terutama pada wanita, adalah alendronate. Dokter biasanya memberikan 5-10 mg setiap hari atau 35-70 mg sekali seminggu.
2. Teriparatide
Teriparatide adalah obat yang termasuk hormon paratiroid yang membantu membangun tulang baru. Obat ini biasanya disuntikkan setiap hari selama 18 bulan hingga dua tahun.
3. Denosumab
Obat ini diberikan melalui injeksi dan efektif dalam meningkatkan kepadatan tulang dan mengurangi risiko patah tulang, terutama pada wanita pasca-menopause.
4. Suplemen dan Vitamin
Suplementasi ini penting untuk mendukung kesehatan tulang dan mencegah penurunan kepadatan tulang. Contoh beberapa suplemen yang dapat diberikan oleh dokter seperti Cal-95, Oscal, dan Teorol.
Penggunaan obat-obatan ini harus dilakukan di bawah pengawasan dokter untuk memastikan dosis yang tepat dan meminimalkan risiko efek samping. Selain itu, perubahan gaya hidup seperti diet seimbang dan olahraga juga penting dalam pengelolaan osteoporosis.