Tegal - Kebakaran hutan di wilayah Jawa Tengah pada tahun 2019 ini sudah terjadi 262 kali. Ditengarai kerugian yang ditimbulkan mencapai Rp 1,2 miliar.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah Endung Trihartaka saat rapat koordinasi kebakaran hutan Gunung Slamet di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Tegal, pada Minggu, 22 September 2019.
Kebakaran tersebut terjadi dalam kurun waktu Januari sampai September 2019. "Dari 635.000 hektar hutang lindung dan produktif yang dikelola Perhutani, luas hutan yang terbakar 822 hektar dengan kerugian Rp 1,2 miliar," kata Endung.
Menurut Endung, mayoritas kebakaran yang terjadi adalah kebakaran permukaan. Hingga saat ini, masih ada 74,3 hektar hutan yang masih terbakar dan belum padam.
"Yang paling luas adalah kebakaran hutan di lereng Gunung Slamet. Sebab, kebakaran ini melanda hutan yang mencakup dua wilayah KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) yakni, KPH Pekalongan Barat dan KPH Banyumas Timur," ujar Endung.
Dia menyebut, sebanyak 4.200 personel Perhutani telah dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan di seluruh wilayah Jawa Tengah.
Upaya pemadaman juga melibatkan instansi terkait, relawan, dan masyarakat. "Kami juga mendirikan posko bersama kepolisian untuk memantau titik api," kata dia.
Kebakaran Gunung Slamet Belum Padam

Untuk diketahui, kebakaran yang melanda hutan lereng Gunung Slamet di wilayah Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes hingga Senin, 23 September 2019 masih belum bisa dipadamkan. Kebakaran bahkan terus meluas.
Sejak pertama kali muncul titik api pada Selasa, 10 September 2019, total luas area yang terbakar sudah bertambah menjadi 55 hektare dari sebelumnya 27,5 hektare. Terdiri dari 35 hektar berada di wilayah Kabupaten Tegal dan 20 hektare di wilayah Kabupaten Brebes.
Koordinator Relawan PMI Kabupaten Tegal yang ikut terjun melakukan pemadaman, Abdul Khalik mengutarakan, upaya pemadaman terkendala angin kencang, medan yang sulit, dan peralatan yang terbatas.
"Lokasi titik yang terbakar ada yang berada di lereng dengan kemiringan 70 derajat. Ini menyulitkan petugas dan relawan. Angin juga kencang," kata Khalik.
Sedangkan alat yang digunakan yakni gepyok, sabit, golok, dan cangkul. Upaya pemadaman juga dilakukan dengan membuat parit atau sekat bakar.
"Sekat bakar dibuat untuk mencegah api merembet walaupun masih belum optimal," ujar dia.
Abdul mengatakan, jumlah petugas gabungan dan relawan yang dikerahkan untuk memadamkan api mencapai sekitar 1.000 orang.
"Jumlah petugas dan relawan pemadam terus ditambah untuk memaksimalkan upaya pemadaman api di Gunung Slamet, Jawa Tengah," tuturnya. []