Yogyakarta - Menjalani hidup harus memberi manfaat bagi lainnya. Prinsip itu diterapkan oleh komunitas Aksi Cepat Jalanan Jogja (ACJJ). Komunitas yang berdiri sejak 20 Desember 2019 lalu ini, terus berkomitmen menjaga kenyamanan Yogyakarta, khususnya di waktu malam.
Apa yang mereka kerjakan adalah membantu para pengendara yang kebetulan mengalami nasib apes, seperti ban bocor atau kehabisan bensin.
Baca Juga:
Kedengarannya sepele, bahkan sebagian orang tidak peduli jika melihat orang mendorong motornya malam hari. Mencari bengkel ke sana ke mari berharap ada tukang tambal ban yang bisa menangani perkara ban bocor.
“Melihat hal seperti itu kami terketuk ingin memberikan bantuan. Karena malam hari itu sudah jarang bengkel yang buka,” kata Kristanto pendiri ACJJ saat berbagi kisah dengan Tagar, Jumat, 25 Desember 2020.
Anggota ACJJ berfoto bersama. (Foto: Dok. ACJJ/Istimewa)
Kata orang-orang, menikmati malam di Yogyakarta itu romantis kalau berdua bersama terkasih. Namun bagaimana jika sendiri dan mengalami nasib apes ban bocor di tengah jalan, panik dan was-was tentunya. Apalagi dengan adanya kasus kenakalan remaja di jalan atau klitih.
Pernah Dituduh Klitih oleh Polisi
Kris, sapaannya, mengaku menggerakkan aksi kemanusiaan ini tidak sendiri. Setidaknya ada 50 orang bergabung dan siap mengkondisikan pengendara yang membutuhkan bantuan. Baik itu motor atau pun mobil. “Istilahnya kami itu tukang tambal ban gratis tanpa dipungut biaya apapun,” ucapnya.
Puluhan relawan ACJJ itu berasal dari berbagai kalangan. Ada yang bekerja di bengkel, security, tukang parkir, petani dan juga pekerja swasta. Setiap malam seluruh anggota ACJJ stand by di wilayahnya masing-masing. Mereka sudah tersebar hampir di seluruh kabupaten/ kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sembari menunggu informasi yang masuk, para relawan juga memantau media sosial seperti Facebook. Misalnya grup-grup cegatan, info kejadian dan kecelakaan yang memiliki ratusan ribu atau jutaan anggota grup. Biasanya di grup-grup Facebook tersebut para relawan ACJJ mendapatkan informasi soal ban bocor atau motor dan mobil yang kehabisan bensin.
Kontak person relawan ACJJ yang bisa dihubungi saat mengalami masalah kendaraan di Yogyakarta. (Foto: Dok. ACJJ/Istimewa)
Jika ada pengendara yang membutuhkan pertolongan, relawan segera merapat ke lokasi dengan membawa ban dan seperangkat alat lainnya. Mereka tidak menambal ban, tapi mengganti ban bocor dengan yang baru.
"Ban yang bocor itu kami ganti dengan yang baru, jadi ditukar gitu. Nantinya yang bocor kami perbaiki dan bisa digunakan lagi untuk orang lain," ucap Kris.
Ada cerita lucu yang pernah dialami relawan ACJJ kala membantu orang malam hari. Mereka sempat dituduh klitih oleh anggota kepolisian karena membawa pompa manual. "Benda yang kami bawa dikiranya senjata tajam. Padahal pompa manual," ceritanya.
Komitmen Tidak Menerima Sumbangan Uang
ACJJ sendiri tidak membuat grup di sejumlah media sosial. Mereka hanya berkomunikasi melalui WhatsApp (WA). “Jadi kalau ada grup di Facebook atau media sosial lainnya, itu bukan kami. Karena sejak awal kami tidak ingin berinduk di medsos,” tegasnya.
Pria usia 35 tahun ini memberi alasan mengapa demikian. ACJJ berdiri untuk membantu orang lain yang kesulitan dan membutuhkan pertolongan. Di balik bantuan para relawan, bukan materi yang mereka cari dengan mengharapkan imbalan dari orang ditolong. Atau juga mencari donatur yang bisa mengcover kebutuhan ACJJ.
Baca Juga:
Relawan ACJJ sebagian besar bukan berasal dari kalangan orang kaya. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga masing-masing saja, kekurangan. Namun mereka percaya membantu orang tidak menutup rizki lainnya.
Pria yang sudah lama berkecimpung di bidang otomotif ini bercerita, pada 6 bulan pertama ACJJ berdiri, sempat mengalami masalah internal. Sejak awal, ACJJ tidak akan melakukan penggalangan dana atau mencari donatur untuk kegiatan ACJJ. Salah satu anggotanya merusak kaidah ACJJ dengan open donasi di medsos.
“Kami enggak mau hal itu terjadi lagi. Kalau ada donasi uang itu biasanya merusak persaudaraan. Namun jika ada orang yang memberi kami sumbangan berupa ban-ban baru untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan kami terima,” ungkapnya.
Relawan ACJJ saat membantu pengendara yang mengalami ban bocor pada malam hari di Yogyakarta. (Foto: Dok. ACJJ/Istimewa)
Gunz Nemo, yang juga pendiri ACJJ menambahkan, selama ini, dana-dana yang ACJJ keluarkan datang dari kantong relawan masing-masing. Sejauh ini, mereka masih bisa membantu orang lain. "Kami patungan berapapun, seikhlasnya," katanya.
Meskipun terkadang tidak semua permintaan terpenuhi. Setidaknya dalam satu malam, ACJJ menerima 20-25 permintaan tambal ban. “Dari jumlah tersebut, yang bisa kami kondisikan sekitar 20 orang,” ucapnya.
Baca Juga:
Setelah satu tahun terlewati, pihaknya juga melakukan refleksi dan evaluasi. Bahwa komunitas ACJJ juga mengalami beberapa kendala di lapangan. Salah satunya soal kurangnya relawan di titik tertentu.
“Kalau ada jangkauan sulit dan tidak ada relawan di lokasinya. Untuk mengkondisikan pemohon itu harus menunggu lama. Pas ada relawan ke sana sudah berangkat malah pergi,” ujar pria 40 tahun ini.
Meski begitu, Gunz berharap, ACJJ bisa berkomitmen membantu orang kesulitan pada malam hari khususnya perkara ban bocor dan bensin habis. []