Medan - Harga kebutuhan pokok maupun sembako di Sumatera Utara (Sumut) cukup tinggi, terutama gula putih, cabai, bawang merah, bawang putih, dan ayam potong. Muncul dugaan ada permainan mafia dalam distribusi sehingga stok terbatas.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara, Wiwiek Sisto Widayat menyebut, pihaknya selalu berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk menekan harga kebutuhan pokok yang tinggi.
"Kami terus berkordinasi dengan kawan-kawan pemda dalam forum atau Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Kami terus bertemu bahkan terjadwal ada bulanan dan rutin. Kami terus monitor perkembangan harga, kalau harga terlalu tinggi seperti bawang merah, gula pasir dan lainnya, maka akan dilakukan operasi pasar untuk melakukan pengurangan harga," ucap Wiwiek di kantornya, Jalan Balai Kota, Medan, Kamis, 11 Juni 2020.
Menurut dia, Bank Indonesia dan TPID juga tidak bisa meng-cover sepenuhnya terhadap kenaikan bahan pokok. Sebab, ini juga masih dalam masa pandemi Covid-19 dan ketersediaan bahan juga terbatas.
"Kami tidak bisa 100 persen meng-cover itu, karena kami sadar bahwa di luar sana banyak juga terjadi sendatan terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di daerah Jawa. Tranportasi tidak lancar dan sebagainya itu memberikan dampak terhadap harga dan terbukti harga bawang merah menjadi tinggi karena bawang didatangkan dari Majalengka, tidak sampai karena PSBB," ungkapnya.
Kemudian, dia juga belum bisa memastikan kapan harga kebutuhan pokok kembali normal. Namun, jika wabah pandemi Covid-19, harga-harga itu akan turun.
Warga bisa melakukan tanam bawang di rumah masing-masing yang ada areal tanahnya
"Tetapi pada intinya pemerintah berusaha untuk mengurangi harga dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Kalau harga tinggi ini sampai kapan, belum bisa kami pastikan, namun kami akan selalu berusaha untuk menstabilkan harga," terangnya.

Dia menegaskan, harga sembako yang relatif tinggi bukan dikarenakan adanya mafia dalam pendistribusian maupun praktik penimbunan, namun murni karena stok yang terbatas.
"Sampai sekarang ini tidak ada praktik penimbunan bahan pokok di Sumatera Utara, harga tinggi karena stok terbatas," terangnya.
Namun kata dia, Sumut masih diuntungkan dengan demand yang masih rendah saat ini. Dari sisi sektor ekonomi, kalau supply sudah bisa berproduksi normal dan demand tidak dinaikkan, harga pastinya akan turun.
"Tetapi kalau tidak bisa produksi, tapi domestik demand tinggi, maka akan jadi inflasi. Makanya akan kami naikkan supply dan demand kami pulihkan untuk menormalkan situasi ekonomi," terangnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara, Zonny Waldi mengakui adanya kenaikan sejumlah kebutuhan pokok dan sembako.
"Harga cabai sampai hari ini berkisar Rp 54 ribu per kilogram dan ayam Rp 44 ribu per kilogram. Begitu juga harga bawang, kami akan terus berusaha mendongkrak persediaan agar harga tidak tinggi. Penyebab harga menjadi tinggi di antaranya stok barang terbatas," kata Zonny di Medan.
Menurut dia, khusus untuk bawang merah, seharusnya harga itu bisa ditekan dan itu tergantung dengan sikap masyarakat.
"Warga bisa melakukan tanam bawang di rumah masing-masing yang ada areal tanahnya. Masyarakat bisa bekerja sama dengan pemerintah untuk itu, secara otomatis harga itu pasti akan turun. Kemudian, kami juga akan selalu melakukan operasi pasar jika harga sudah tinggi," ungkapnya. []