Jakarta -Data yang dihimpun Kementerian Perindustrian menyebutkan, industri kecil menengah (IKM) komponen dan suku cadang otomotif pendukung masih tetap berproduksi, meskipun terdampak virus corona Covid-19. Menurut Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin, Gati Wibawaningsih, sebagian besar mengalami penurunan permintaan dari vendor, agen pemegang merek (APM) hingga pelanggan, di mana tingkat ketergantungan sangat tinggi.
“Sebagai contoh, apabila Honda dan Yamaha berhenti produksi, potensi kerugian sekitar Rp 2 miliar untuk IKM anggota APEK (Asosiasi Pengusaha Engineering Karawang),” katanya di Jakarta, Minggu, 5 April 2020, seperti dikutip dari Antara.
Baca Juga: Wabah Corona, Politisi Golkar Minta Tunda Mudik
Kemenperin terus berupaya mendampingi dan mendukung keberlangsungan IMF hadapi corona
Untuk itu, menurutnya, Kemenperin terus berupaya mendampingi dan mendukung keberlangsungan IKM dalam menghadapi dampak dari pandemi COVID-19 di Indonesia. Ditjen Industri Kecil Menengah dan Aneka mengidentifikasi tantangan yang dihadapi IKM di segala sektor, salah satunya yakni IKM otomotif yang kontribusinya cukup besar bagi pertumbuhan industri di Indonesia.

“Kami sudah membuat matriksnya, apa yang dibutuhkan oleh setiap IKM di Indonesia. Kami identifikasi,” kata Gati.
Salah satu IKM yang bersiap mengantisipasi dampak dari penyebaran Covid--19 yakni PT Gading Toolsindo, di mana mereka memprediksi bahwa jika terjadi lockdown atau karantina menyeluruh selama dua minggu, maka usaha mereka akan mengalami kerugian Rp 570 juta. Sedangkan, jika lockdown terjadi selama satu bulan, maka kerugian yang dialami mencapai Rp 1,3 miliar dengan beban bunga kredit Rp 480 juta.
Sementara itu, data menunjukkan bahwa untuk akses distribusi dan pengiriman masih bisa berjalan sepanjang jalur tol nasional (Jakarta-Cikampek dan Pantura) masih tetap dapat dilalui. Adapun beberapa kendala yang dihadapi IKM komponen dan suku cadang di antaranya harga bahan baku yang lebih mahal, karena pengaruh kurs dolar.
Kemudian, langkanya ketersediaan masker dan sanitasi tangan, serta mahalnya termometer infra merah dan peralatan semprot disinfektan. Hal itu mengingat peralatan tersebut dibutuhkan untuk menjalankan protokol kesehatan saat melakukan kegiatan produksi untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Karyawan non produksi belum dapat melaksanakan imbauan work from home
Terkait imbauan pemerintah tentang bekerja dari rumah atau work form home (WFH) untuk menekan penyebaran virus corona, Gati mengatakan pada karyawan non produksi sebagian belum dapat melaksanakannya, karena keterbatasan fasilitas seperti tidak tersedianya laptop. “Namun, telah dilakukan beberapa upaya dalam rangka mendukung jarak fisik. Kemudian, untuk penundaan pembayaran kredit/pinjaman dan subsidi gaji karyawan akan kami usulkan,” tuturnya.
Baca Juga: PAN Minta Pemerintah Tegas Memutus Rantai Corona
Gati menambahkan, beberapa IKM komponen otomotif yang tergabung dalam Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Indonesia telah memiliki jaringan pemasok dari luar negeri, seperti PT Eran Tekniktama yang memiliki jaringan pemasok mesin pembuat masker dari China. IKM tersebut berharap dapat mengantongi izin impor mesin dari China untuk proses produksi membuat masker, kemudian hasilnya didonasikan untuk masyarakat. []