Jakarta – Airbus rugi 1,1 miliar euro (1,3 miliar dolar AS) di tengah kemerosotan industri perjalanan udara global yang belum pernah terjadi sebelumnya karena pandemi virus corona (Covid-19). Meski demikian, produsen pesawat Eropa itu berharap dapat menjual ratusan pesawatnya tahun ini dan memetik keuntungan.
CEO Airbus, Guillaume Faury, mengakuikinerja perusahaannya tahun lalu “jauh dari harapan'' dan harus terus-menerus beradaptasi ketika maskapai-maskapai penerbangan terpaksa mengistirahatkan pesawat-pesawat mereka atau gulung tikar karena pembatasan-pembatasan perjalanan. Faury mengatakan hal in pada Kamis, 18 Februari 2021.
Airbus mengumumkan Juni lalu bahwa perusahaan itu terpaksa akan memangkas 15.000 pekerjaan, sebagian besar di Perancis dan Jerman.
CEO Airbus, Guillaume Faury, dalam konferensi pers tahunan Airbus di Blagnac dekat Toulouse, Perancis, 13 Februari 2020 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Regis Duvignau/File Photo)
“Krisis belum berakhir. Itu sepertinya akan berlanjut sepanjang tahun ini,'' kata Faury. Airbus memperkirakan industri penerbangan tidak akan pulih ke tingkat prapandemi hingga 2023-2025.
Penjualan Airbus turun jadi 49,9 miliar euro dari 70 miliar euro tahun sebelumnya. Perusahaan juga melaporkan kerugian pada 2019 karena penyelesaian kasus korupsi multinasional besar-besaran.
Airbus menjual 566 pesawat tahun 2020 lalu dan berharap dapat memasarkannya dalam jumlah yang sama pada tahun ini, seperti dikatakan perusahaan itu. Airbus hanya berhasil menerima 268 pesanan pesawat komersial tahun lalu, turun dari 768 pada tahun sebelumnya.

Meski membukukan angka penjualan yang jauh di bawah rata-rata pada keadaan normal, prestasi yang dibukukan Airbus lebih baik dari saingannya dari AS, Boeing, yang sedang berusaha bangkit dari keterpurukannya.
Boeing Co. mendapat lonjakan pesanan dan pengiriman pesawat baru pada Desember 2020, tapi itu tidak cukup untuk menyelamatkan bisnisnya pada tahun itu. Perusahaan itu terus-menerus mengalami pembatalan pemesanan untuk jet 737 Max, yang sempat dilarang terbang selama 21 bulan setelah kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia yang menewaskan 346 orang secara keseluruhan (ab/uh)/voaindonesia.com. []