Jakarta –Menteri Perindustrian dan sekaligus juga Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Senin, 21 Oktober 2019 menjadi salah satu orang yang dipanggil Presiden Joko Widodo untuk mengisi Menteri Kabinet Kerja II Jokowi-Ma’ruf Amin. Buah jatuh tak jauh dari pohonya. Pribahasa ini tampaknya cocok dengan kiprah Airlangga Hartarto. Ia mengikuti kesuksesan ayahnya di jalur politik, Hartarto.
Airlangga Hartarto lahir di Surabaya, 1 Oktober 1962 dari pasangan Hartarto Sastrosoenarto, mantan Menteri Perindustrian di era Soeharto dengan R. Hartini Soekardi. Airlangga melanjutkan sekolah di SMA Kolese Kanisius Jakarta. Ia aktif berorganisasi dan pernah menjadi ketua OSIS.
Setelah tamat SMA, Airlangga melanjutkan studinya dengan mengambil Jurusan Teknik Mesin, Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan lulus pada 1987. Selama kuliah, ia juga aktif dalam organisasi, menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada. Kecintaannya dengan dunia aktivis tidak lantas membuatnya melupakan studi.
Airlangga melanjutkan studi S2 di Wharton School University of Pennsylvania, Philadelphia, Amerika Serikat yang ditamatkannya pada 1993. Kemudian program Magister of Business Administration (MBA) di Monash University Australia yang diselesaikan pada 1996. Setahun berselang, ia kembali melanjutkan pendidikannya di Melbourne Business School University of Melbourne dengan gelar Master of Management Technology.
Setelah menyelesaikan pendidikan, Airlangga mencoba peruntungan pada dunia bisnis. Kiprah Airlangga dalam bidang ini bisa dibilang cukup mentereng karena memiliki sejumlah perusahaan dan masih akan terus berkembang. Diantaranya PT Graha Curah Niaga yang bergerak di bidang agraria, PT Jakarta Prime Crane, PT Bisma Narendra, dan Komisaris PT Sorini Corporation Tbk.
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto berjabat tangan dengan Ketua MPR ZUlkifli Hasan. (Foto: Instagram)
Sukses menjadi pengusaha, Airlangga mencoba menapaki dunia politik dan memilih Golkar sebagai kendaraan politiknya. Jabatan pertama yang diisi oleh Airlangga yakni Wakil Bendahara DPP Golkar 2004-2009. Selanjutnya, ia berhasil menjadi anggota dewan periode 2009-2014, 2014-2019 dengan Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat V.
Karir politik suami dari Yanti K. Isfandiary itu kian cemerlang dan mencapai puncaknya sebagai Ketua Umum Partai Golkar menggantikan Setya Novanto. Airlangga terpilih secara aklamasi setelah pesaingnya Aziz Syamsuddin mengundurkan diri dari bursa Calon Ketua Umum Golkar.
Pada 2016 silam, terjadi perombakan (reshuffle) Kabinet Kerja Jilid I. Airlangga didapuk menduduki posisi Menteri Perindustrian, jabatan sama yang pernah diamanatkan kepada ayahnya. Airlangga menggantikan Salih Husin dari Partai Hanura.
Airlangga Hartarto memiliki kekayaan senilai Rp 81.550.046.858 yang dilaporkannya pada Komisi Pemberantasan Korupsi pada April 2019 atas kekayaannya yang diperoleh sepanjang 2018. Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) pada situs https://elhkpn.kpk.go.id, Airlangga memiliki harta berupa delapan tanah dan bangunan senilai Rp 71.842.595.500 yang tersebar di Jakarta Selatan, Gianyar, Manado, Bogor dan Melbourne Australia.

Selanjutnya, Airlangga memiliki kekayaan lima kendaraan roda empat yang nilainya mencapai Rp 3.859.600.000 yang terdiri dari Jaguar, Toyota Vellfire, Jeep, dan dua Kijang Innova. Airlangga diketahui memiliki harta bergerak lainnya senilai Rp 573.500.000, surat berharga Rp 43.256.429.350, kas dan setara kas senilai Rp 6.051.733.692, dan sejumlah harga lainnya sebesar Rp 20.507.113.576. Total keseluruhan hartanya erjumlah Rp. 146.090.972.028. Namun ia diketahui memiliki hutang senilai Rp 64.540.925.220. Dengan demikian, jumlah harta kekayaan dari Menteri Perindustrian ini Rp. 81.550.046.868.
Airlangga Hertantoyang dikaruniai delapan buah hati itu pernah menerima beberapa penghargaan diantaranya ASEAN Engineering Honorary fellow, Cconferred by Asean Federation of Engeineering Organization at Myanmar 2004, Australian Alumni Award for Entrepreneurship 2009, dan Satya Lencana Wira Karya 2014.
Keaktifannya di dalam berorganisasi tidak perlu diragukan lagi. Airlangga pernah mengisi beberapa pos strategis dalam suatu organisasi diantaranya Ketua Alumni Gajah Mada (Kagama) 2001-2004, Anggota Majelis Wali Amanah 2002-2012, Bendahara Balitbang Golkar 2003, Anggota Pokja OKK DPP Golkar 2003, Ketua Umum BEM Kosgoro 1957 pada 2000-2004, Sekjen ASEAN Federation of Engineering (AFEO), Pemimpin Umum Harian Suara Karya, Wakil Bendahara dalam Pengurus DPP Partai Golkar 2004-2009, Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI)tiga periode pada 2005-2014 dan Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) 2006-2009.
Menteri Perindustrian pada Kabinet Kerja Jilid I ini bersedia jika kembali diminta Presiden Joko Widodo untuk menjadi menteri di Kabinet Kerja Jilid II setelah dirinya diundang ke Istana Negara pada Senin, 21 Oktober 2019.
Untuk jabatan sebagai Menteri apa, Airlangga enggan menyebut secara rinci. Namun, ia memberikan clue di bidang ekonomi. Mungkin saja Airlangga Hartarto akan ditunjuk sebagai Menteri Ekonomi yang baru, namun bukan tidak mungkin juga akan menduduki posisi menteri yang sudah ia emban di Kabinet Kerja Jilid I yakni Menteri Perindustrian karena pengalamannya di Kementerian Perindustrian.