Jakarta - PT Perkebunan Nusantara V (Persero) atau PTPN menargetkan akan melakukan penawaran umum perdana (IPO) paling cepat triwulan ketiga 2020. Direktur Utama PTPN V, Jatmiko K Santosa mengatakan saat itu perseroan tengah fokus meningkatkan nilai tambah di seluruh lini produksi sebagai langkah persiapan untuk menjadikan PTPN V sebagai perusahaan terbuka yang sahamnya tercatat di bursa saham.
"Kami terus berinovasi untuk menurunkan biaya dan create nilai," kata Jatmiko di Jakarta, Minggu, 23 Februari 2020, saat bincang-bincang mengenai persiapan perusahaan untuk IPO, seperti diberitakan dari Antara. Target IPO paling cepat dilaksanakan triwulan ketiga 2020 seraya menunggu kondisi makro dan pasar modal membaik akibat berbagai isu seperti virus Corona dan masalah lainnya.
Untuk bisnis, menurut Jatmiko, erat kaitannya dengan sumber daya manusia. Untuk itu perusahaan akan fokus kepada peningkatan hal tersebut melalui program peningkatan nilai tambah dan penghematan biaya.
Ia menjelaskan, dari target perubahan, perseroan sementara ini fokus kepada 20 persen di bidang teknologi pengolahan sawit sesuai dengan tantangan industri 4.0. "Lewat teknologi kami bisa melakukan perbaikan terhadap sumber daya manusia, benih, pupuk, recovery limbah, dan mengurangi tingkat kekotoran," tutur Jatmiko.

Jatmiko menambahkan, untuk menurunkan biaya produksi ini akan terus dilakukan mulai dari tebang pohon dan biaya angkut, tolok ukurnya harus setara dengan perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang ada di Riau. Dari dari total lahan PTPN V seluas 92 ribu hektare tidak sepenuhnya untuk kelapa sawit. "Sekitar 10 ribu hektare untuk karet, 10 ribu hektare untuk fasos dan fasum, sedangkan 22 ribu hektare lainnya untuk aspek lingkungan diantaranya sebagai daerah tangkapan air (cathment area).
Luas lahan sawit yang dikelola perusahaan sebesar 40 persen, sedangkan 60 persen dikerjasamakan dengan pihak ketiga (menggunakan pola plasma dan non plasma). "Kalau lahan kami sendiri bisa menghasilkan sawit kualitas premium, saat ini menjadi tugas perusahaan agar yang dikelola pihak ketiga juga bisa menghasilkan kualitas serupa," ujar Jatmiko.
Ia menjelaskan untuk meningkatkan kualitas produksi CPO, perusahaan akan menggunakan teknologi drone yang sanggup merekam 2.000 hektare kebun. "Setiap hektare itu terdapat 164 pohon, dengan teknologi ini, kami bisa monitor kondisi pohon-pohon yang ada. Dampak positifnya penggunaan pupuk dapat terkontrol serta aktivitas pekerjaan dapat termonitor seketika itu juga," ujar Jatmiko.
Jatmiko menjelaskan saat ini perseroan sudah mengantongi lima sertifikat ISCC berstandar Uni Eropa, untuk menjamin ekspor ke negara-negara Eropa. Sertifikasi ini melengkapi sejumlah sertifikasi lain, seperti ISPO dan RSPO yang sudah dimiliki perseroan.
Terkait aspek lingkungan, PTPN V sudah memanfaatkan gas metan hasil pengolahan sebagai pembangkit listrik untuk dua pabrik, sehingga cangkang/tandan kosong sisa pengolahan kelapa sawit bisa dimanfaatkan untuk menjadi arang briket. "Efeknya kami punya nilai tambah dari penjualan cangkang, serta dari aspek ramah lingkungan kita menggunakan pembangkit listrik dari gas metan yang ramah lingkungan," tuturnya.
Limbah cair dari pengolahan CPO tersebut mengandung banyak nutrisi sehingga dipergunakan sebagai campuran pupuk. Ia mengatakan investasi yang dikeluarkan untuk mengadopsi teknologi sesuai dengan konsep industri 4.0 mencapai 2 juta dolar AS.[]
Baca Juga:
- Ikut Arahan Menteri BUMN, PTPN Akan Dipangkas Jadi 5
- Erick Thohir Pilih Abdul Ghani Jadi Dirut PTPN III