Alasan Prabowo Rela Jadi Menteri Jokowi

Ketua DPD Partai Gerindra Jatim, Soepriyatno mengaku Prabowo bersedia menjadi menteri Jokowi karena ekonomi dunia kurang baik
Soepriyatno didampingi Sekretaris DPD Partai Gerindra Jatim Anwar Sadad. (Foto: Tagar/Adi Suprayitno)

Jawa Timur - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo resmi melantik Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju, pada Rabu 23 Oktober 2019. Padahal Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menjadi lawan politik Jokowi yang berpasangan dengan KH Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.

Ketua DPD Partai Gerindra Jatim, Soepriyatno menuturkan Prabowo bersedia menjadi menteri Jokowi karena ekonomi dunia kurang baik. Menurutnya Indonesia terkena imbas terpuruknya ekonomi tersebut. Prabowo pun ingin membantu pemerintah Indonesia agar tidak semakin terpuruk akibat ekonomi dunia.

"Kami ini satu kapal, apakah tetap jalan atau oleng. Kalau tenggelam, kami akan tenggelam semua. Pak Prabowo menyatakan mau tidak mau, kita harus menolong pemerintah. Apakah kami dipakai atau tidak, tidak ada masalah. Kalau mau dipakai, kami siap membantu," ujar Soepriyatno, saat jumpa pers di DPD Partai Gerindra Jatim, Kamis 24 Oktober 2019.

Upaya Jokowi merangkul lawan politiknya ini seperti konsep yang pernah digunakan penguasa negara China, Jepang dan Amerika Serikat. Soepriyanto menyampaikan Indonesia tidak akan maju jika anak bangsa tidak berhenti ribut dan bertengkar. Tentunya rakyat akan menjadi korban, jika elite politik saling bermusuhan.

"Kalau kita ribut terus di tingkat nasional, maka kita akan semakin menurun," ujar dia menegaskan.

Anggota DPR RI itu menegaskan, dengan masuknya Prabowo di kabinet jilid II, Gerindra menjadi partai koalisi dengan pemerintah. Seluruh kader Gerindra diwajibkan untuk kerja keras dan bersatu-padu dalam rangka mendukung program pemerintah Jokowi-Ma'ruf.

Indonesia tidak akan maju jika anak bangsa ribut dan bertengkar terus. Tentunya rakyat akan menjadi korban, jika elit politik saling bermusuhan.

Gerindra akan menjelaskan ke relawan yang mengritik masuknya Prabowo di kabinet Jokowi. Kalau Indonesia bisa dibuat membangun, maka tidak selayaknya berseteru terus. Gerindra mengajak untuk mengumpulkan orang-orang hebat, kemudian bersatu membangun negara.

"Kan tidak semua (relawan). Ada relawan yang melihat, oh ternyata ini tujuannya tidak aneh-aneh. Kita ingin jalan berjalan cepat, kemudian manuvernya tinggi nanti bisa sampai tujuan," kata dia lagi

Partai Gerindra tidak khawatir suara di Pemilu 2024 anjlok drastis karena banyak yang kecewa dengan masuknya Prabowo di kabinet. Masyarakat Indonesia justru akan senang, kalau nanti hubungan Prabowo dan Jokowi kian mesra. Ini tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi luar biasa, terjalin peningkatan kerjasama, dan kemampuan menjaga pertahanan yang baik.

Untuk diketahui, di Pilpres 2019, pasangan capres-cawapres, Jokowi- Ma'ruf menjadi pemenang dengan perolehan 85.607.362 suara. Sementara Prabowo-Sandi memperoleh 68.650.239 suara.

Jika dibandingkan hasil Pemilu 2014, partai pengusung Prabowo-Hatta, seperti Gerindra, PAN dan PKS menjadi oposisi setelah kalah dengan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla. Prabowo-Hatta hanya memperoleh 62,57 juta suara. Sedangkan Jokowi-JK mendapat 70,99 juta suara. []

Baca juga:

Berita terkait
Jokowi Persiapkan Wakil Menteri, Prabowo Dapat Jatah?
KSP Moeldoko mengtakan saat ini Presiden Jokowi tengah melakukan pengkajian terkait pengangkatan wakil menteri.
Antara Susi Pudjiastuti dan Edhy Prabowo
Susi Pudjiastuti Miss Tenggelamkan digantikan politikus Gerindra Edhy Prabowo. Langkah maju atau mundur bagi masa depan laut Indonesia?
Pesan Susi Pudjiastuti untuk Edhy Prabowo
Susi Pudjiastuti memberikan pesan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. Beberapa hal dititipkan mantan menteri sensasional itu.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.