Jakarta – Terlepas dari sistem kesehatan kelas dunia serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC/Centers for Disease Control and Prevention) yang dibanggakannya, Amerika Serikat (AS) tertinggal jauh dalam pacuan untuk mendeteksi mutasi virus corona (Covid-19) yang berbahaya. Baru sekarang AS mulai mengejar ketertinggalannya. AS melaporkan 27,4 juta kasus dengan 469.164 kematian dengan proporsi tes per 1 juta populasi sebanyak 963.020.
Masalahnya bukanlah karena kurangnya teknologi atau pakar. Namun, kata para ilmuwan, kurangnya kepemimpinan nasional dan koordinasi, ditambah kurangnya dana dan pasokan untuk laboratorium yang kelebihan beban kerja, yang berupaya mengimbangi tes diagnostik dengan perburuan perubahan genetik.
“Kami memiliki ilmu. Kami memiliki perangkat dan instrumennya,” kata Ilhem Messaoudi, direktur pusat riset virus di University of California, Irvine. “Ini soal dukungan bagi upaya itu.”
Antrean mobil untuk tes COVID-19 di Stadion Dodger, Los Angeles, California, AS, 4 Januari 2021. (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Lucy Nicholson)
Virus bermutasi secara terus menerus. Untuk dapat mengatasi ancaman, para ilmuwan menganalisis sampel, mengamati dengan cermat mutasi yang mungkin membuat virus corona lebih mudah menular atau lebih mematikan. Namun, tes semacam itu juga telah dilakukan di berbagai tempat.
Kurang dari 1% spesimen positif di AS yang telah disekuensi untuk menentukan apakah mutasinya mengkhawatirkan. Negara-negara lain melakukannya dengan lebih baik. Inggris, misalnya, telah melakukan sekuensi sekitar 10%. Ini berarti mereka dapat lebih cepat melihat ancaman tersebut. Ini juga memberi mereka peluang lebih besar untuk memperlambat atau menghentikan masalah, baik melalui pelacakan kontak yang lebih terarah, kemungkinan penyesuaian terhadap vaksin, atau mengeluarkan peringatan kepada publik.
Para pejabat CDC menyatakan varian-varian itu tidak mendorong lonjakan belakangan ini dalam kasus di AS. Namun para pakar khawatir apa yang terjadi dengan varian-varian itu tidak jelas, dan bahwa negara seharusnya lebih agresif melakukan sekuensing lebih awal dalam epidemi yang kini telah mematikan lebih dari 450 ribu orang Amerika.

Ilmuwan AS telah mendeteksi lebih dari 500 kasus sebuah varian yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dan memperkirakan varian itu akan menjadi penyebab sebagian besar infeksi baru di AS dalam hitungan minggu.
Varian lain yang merisaukan yang ditemukan di Brasil dan varian ketiga yang ditemukan di Afrika Selatan pada pekan lalu dideteksi di AS dan juga diperkirakan akan menyebar (uh/ab)/Associated Press/voaindonesoa.com. []