Jakarta – Korea Utara (Korut) mengeluarkan ancaman baru terhadap Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel). Kim Yo-jong, saudara perempuan penguasa Korea Utara, Kim Jong-un, mengatakan dalam pernyataan di media resmi negara itu, kedua negara itu bisa menghadapi konsekuensi akibat penyelenggaraan latihan militer gabungan tahunan.
Komentarnya datang ketika Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan AS sedang mengadakan pembicaraan resmi dengan rekan setara mereka minggu ini di Asia Timur Laut yaitu di Jepang dan Korsel.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, mengakhiri pembicaraan keamanan Selasa, 16 Maret 2021, di Tokyo. Mereka bertemu dengan Menteri Luar Negeri Jepang, Toshimitsu Motegi, dan Menteri Pertahanan Jepang, Nobuo Kishi.
Seorang pria menyaksikan siaran televisi yang menyajikan berita dengan foto Kim Yo Jong, adik perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, di Stasiun Kereta Seoul, Korea Selatan, 4 Juni 2020 (Foto: voaindonesia.com/AP)
Dalam sebuah konferensi pers, Menteri Blinken mengatakan, Washington telah berusaha menghubungi Pyongyang tetapi tidak ada tanggapan. “Seperti yang Anda ketahui, kebijakan terhadap Korea Utara sedang dikaji,” kata Blinken. Lebih lanjut Blinken mengatakan bahwa pihaknya sedang mempelajari apakah berbagai langkah tekanan tambahan terhadap Korut bisa efektif. “Apakah ada jalur diplomatik yang bermakna, semua itu sedang kami kaji, dan juga lewat konsultasi dengan sekutu dan mitra kami,” tanya Blinken.
Kedua pejabat Amerika itu Kamis, 18 Maret 2021, melakukan perjalanan ke Seoul di mana program senjata nuklir Korea Utara akan menempati urutan teratas dalam agenda pembicaraan.
Blinken dan Austin juga mempertegas peran Amerika sebagai penyeimbang pengaruh China di kawasan itu.
Menteri Pertahanan Amerika itu mengatakan bahwa agresi Beijing yang semakin meningkat di perairan yang dipersengketakan merupakan ancaman baik untuk Amerika maupun Jepang.
“Saya tahu Jepang punya keprihatinan yang sama sehubungan dengan tindakan de-stabilisasi China. Dan seperti yang saya katakan sebelumnya, China merupakan tantangan yang semakin besar untuk Departemen Pertahanan. Dan kita tahu bahwa bersaing dalam dinamika global yang selalu berubah-ubah hanya bisa terselenggara lewat semangat kerja sama tim dan ini adalah ciri khas dari persekutuan kami dengan Jepang,” kata Austin.
Menteri Luar Negeri Motegi mengatakan, posisi Tokyo terhadap China sama dengan sikap Washington. “Kami setuju untuk menentang upaya unilateral China yang hendak mengubah status-quo di Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan,” katanya dengan tegas.

Sebuah makalah strategi Gedung Putih baru-baru ini menyebut China sebagai ancaman terbesar terhadap kepentingan Amerika.
Robert Dujarric, Direktur di Institute for Contemporary Asian Studies di kampus Tokyo dari Temple University, dan kepada VOA dia mengatakan, penguatan kemitraan di Pasifik merupakan salah satu cara untuk menekan China. “Beijing lebih suka hubungan antara Amerika, Jepang, dan Korea Selatan buruk, karena tidak mau musuh-musuhnya bekerja sama secara erat, tetapi tidak banyak yang bisa dilakukannya,” ujar Dujarric.
Dikabarkan bahwa Washington tetap membuka pintu untuk berdialog dengan Beijing.
Menyusul pembicaraannya dengan Korea Selatan, Menlu Blinken akan pergi ke Anchorage, Alaska, AS, dan bertemu dengan pejabat kebijakan luar negeri China di sana (jm/lt)/voaindonesia.com. []