Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melanjutkan program digitalisasi sekolah untuk tahun 2021. Mendikbud Nadiem Makarim mengalokasikan anggaran untuk program itu sebesar Rp 3 triliun.
"Total dana yang diinginkan untuk digitalisasi sekolah ini sebenarnya mencapai Rp 15 triliun namun untuk setiap tahunnya baru bisa dianggarkan Rp 3 triliun," kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Jumeri lewat keterangan tertulisnya, Jumat 6 November 2020.
Siswa SMP Negeri 6 Jayapura dengan masker di wajahnya berjalan meninggalkan sekolah usai melakukan pendaftaran ulang pada hari pertama sekolah di Jayapura, Papua, Senin, 13 Juli 2020.Siswa SD, SMP dan SMA mulai mengikuti kegiatan belajar-mengajar tahun ajaran baru 2020/2021 dengan sistem pembelajaran tatap muka langsung dan daring. (Foto: Antara//Gusti Tanati)
Bukan merk-nya yang penting. Yang penting adalah produksinya di sini dan mengerjakan dan ada industri.
Jumeri menuturkan, rencananya setiap sekolah akan menerima 15 laptop dan satu access point dalam program digitalisasi sekolah ini. Laptop yang akan diberikan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti untuk asesmen kompetensi minimun, asesmen nasional, dan praktikum.
Program digitalisasi yang akan dimulai pada 2021 ini sudah mendapat persetujuan Presiden Joko Widodo untuk dikerjakan bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Menurut Nadiem, Kemenkominfo dalam hal ini akan memenuhi kebutuhan jaringan internet di semua wilayah sasaran. Sedangkan Kemendikbud akan memastikan ada alat yang bisa digunakan di setiap sekolah. "Jadi itu yang pasti akan kita dorong untuk tahun depan, digitalisasi sekolah,” kata Nadiem
Siswa SD berangkat ke sekolah. (Foto: Dok. Tagar)
Nadiem mengatakan, dari segi penggunaanya laptop dinilai lebih tahan lama daripada tablet. Selain itu, laptop yang dimiliki sekolah itu dapat digunakan oleh siswa atau guru, serta memiliki fungsi yang lebih banyak.
"Salah satu keunggulan kalau kita beli banyak kita bisa membuat produsen itu memanufakturnya di dalam Indonesia dengan menciptakan pekerjaan. Yang penting itu. Bukan merk-nya yang penting. Yang penting adalah produksinya di sini dan mengerjakan, dan ada industri. Jadi itu adalah salah satu alasan kenapa kita beli sekaligus banyak itu bisa membantu produksi di dalam negeri dan mengundang mereka melakukannya," tutur Nadiem.