Jakarta - Anggota Komisi XI DPR, Puteri Anetta Komarudin mengatakan pemerintahan Presiden Joko Widodo perlu mewaspadai penurunan ekonomi pada kuartal berikutnya, akibat imbas Covid-19.
"Perlambatan ekonomi pada kuartal I terjadi seiring penurunan konsumsi rumah tangga akibat pelemahan daya beli masyarakat, padahal kontribusi konsumsi menopang lebih dari 50 persen terhadap produk domestik bruto (PDB)," kata Puteri kepada Tagar, Selasa, 12 Mei 2020.
Penerapan pembatasan sosial di beberapa daerah memicu dampak perekonomian yang semakin luas
Baca Juga: Corona, Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi Tak Capai Target
Puteri berharap, pemerintah segera mempercepat perbaikan data penerima bantuan sosial. Dengan demikian,menurutnya, penyaluran bantuan sosial tahap kedua dan pemberian stimulus ekonomi bisa segera dilaksanakan dengan lebih tepat sasaran.
Politisi muda Partai Golkar ini juga mengimbau pemerintah agar dapat mengantisipasi dan mengurangi dampak lanjutan dari perlambatan konsumsi rumah tangga pada kuartal berikutnya. Penerapan pembatasan sosial di beberapa daerah memicu dampak perekonomian yang semakin luas.
"Saya juga meminta kepada Kementerian PPN/Bappenas untuk mengkaji ulang outlook capaian pertumbuhan ekonomi daerah di tengah wabah pandemi Covid-19 sehubungan dengan asumsi makro APBN 2020 yang berubah," ucap Puteri.
Ia menilai,kontraksi ekonomi nasional dapat berimbas pada kondisi ekonomi daerah. Untuk itu, pemerintah perlu melakukan penyelamatan dan pemulihan terhadap sektor paling terdampak seperti pariwisata, perdagangan, transportasi, konstruksi, industri pengolahan, dan pertambangan.

"Selain itu, pemerintah juga perlu mengembangkan komoditas yang masih mampu bertahan di tengah pandemi ini,” tutur anak dari Ade Komarudin.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 hanya sebesar 2,97 persen. Capaian ini lebih rendah dari prediksi Kementerian Keuangan yang menyatakan ekonomi akan tumbuh sebesar 4,5 persen hingga 4,7 persen.
Simak Pula: BI: Pertumbuhan Ekonomi Tak Terganggu Covid-19
BPS mencatat, nilai neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2020 mengalami surplus US$ 743,4 juta dengan nilai ekspor US$ 14,09 miliar dan impor US$ 13,35 miliar. Padahal, Indonesia tengah dilanda pandemi Covid-19. "Tentunya angka ini menggembirakan di tengah situasi saat ini yang tidak menentu," kata Kepala BPS Suhariyanto yang disiarkan secara langsung di Jakarta, Rabu, 15 April 2020.[]