Jakarta - Konsultan Media dan Politik Hersubeno Arief menyebut safari politik Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh bertemu petinggi PKS dan dijadwalkan bersua PAN, serta Demokrat merupakan langkah politik untuk membangun koalisi di masa depan.
Hersubeno menilai NasDem memiliki langkah 'maju' dilihat dari sepak terjang partai berlambang lingkaran biru ketika pesta demokrasi berlangsung sejak beberapa tahun lalu.
"Ini embrio sebuah koalisi yang sejak sekarang dirintis. Pak Surya itu ketika orang masih selangkah, dia sudah 4 langkah lompat," kata Karyono kepada Tagar, Selasa 5 November 2019.
Apakah ini akan menjadi koalisi ke depan, di Pilkada 2020? Atau Pilpres 2024?
Hersubeno menjelaskan, NasDem merupakan partai visioner, menjadi partai yang terlebih dahulu 'merangkul' Ridwan Kamil pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2018.
Begitu juga ketika Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok maju di Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. NasDem menjadi partai pertama yang mendukung Ahok sepenuhnya maju kembali pada Pilgub DKI.

NasDem juga menjadi partai pertama yang memproklamirkan dukungan ke pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Langkah-langkah NasDem memprediksi dinamika politik di masa depan ini bagian dari inovasi internal partai.
"Di Pilkada Jawa Barat, NasDem pertama kali mendukung Ridwan Kamil, Pilkada DKI pertama kali mendukung Ahok, pada Pilpres 2019 PDI P belum mencalonkan Pak Jokowi, dia sudah duluan, ini inovasi masa depan, termasuk pertemuan dengan Anies Baswedan," kata Hersubeno.
Namun, tujuan utama NasDem telah, dan direncanakan akan berkomunikasi dengan sejumlah partai oposisi untuk membangun koalisi masih mengambang. Mengingat Pilpres masih akan berlangsung 5 tahun lagi. Hersubeno menilai, tak tertutup kemungkinan juga langkah itu diproyeksi untuk Pilkada 2020.
"Apakah ini akan menjadi koalisi ke depan, di Pilkada 2020? Atau Pilpres 2024?" ujar dia.
Lebih lanjut, Hersubeno mengatakan pertemuan Surya Paloh dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merupakan kail yang dilempar NasDem untuk melihat median publik. Untuk kelanjutannya, keterpilihan menjadi pegangan utama apakah komunikasi di antara dua belah pihak akan terus berjalan.
"Apakah tingkat elektabilitas publik masih tinggi, atau ketika di akhir masa jabatan tadi ada semacam rating tinggi di masyarakat," tutur Hersubeno.