Anjing Pitbull Penjaga Bayi Bernama Alhamdulillah Rejeki Hari Ini

Bayi berusia 5 bulan di Bantul itu viral karena diberi nama Alhamdulillah Rejeki Hari Ini. Dan ia mempunyai penjaga spesial, seekor anjing Pitbull.
Alhamdulillah Rejeki Hari Ini bersama ibunya, Meidiana, dan anjing Pitbull piaraan keluarga mereka, Coki, di rumahnya, Perumahan Bukit Asri, Gunung Sempu, Kasihan, Bantul, Rabu, 5 Februari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Bantul - Gonggongan anjing menyambut saat Tagar masuk ke halaman sebuah rumah di Perumahan Bukit Asri, Gunung Sempu, Kecamatan Kasihan, Bantul, Rabu, 5 Februari 2020. Anjing jenis Pitbull berwarna cokelat muda itu seperti berusaha menerkam orang yang tak dikenal yang memasuki rumahnya. Beruntung, rantai besi di lehernya menahan anjing pemburu tersebut.

Gonggongan anjing bernama Coki itu terus terdengar, menyalak sambil meronta-ronta. Sesekali ia menundukkan tubuh sambil menggeram. Tatapannya tajam waspada.

Rumah itu merupakan kediaman pasangan Didit Saputro 39 tahun dan Meidiana 35 tahun, orang tua dari anak berusia 5 bulan diberi nama: 'Alhamdulillah Rejeki Hari Ini'. Nama Al, sapaan Alhamdulillah Rejeki Hari Ini, mendadak viral di media sosial karena dinilai unik.

Coki masih terus menyalak, menambah gerah suasana siang. Untung saja sekitar rumah Didit cukup sejuk. Pohon kamboja yang ditanam tepat di samping pintu halaman mampu sedikit meredam terik matahari.

Bangunan semacam pos bertiang lesung, berdiri di halaman rumah. Rumah Didit juga tampak unik dengan pintu dan jendela bergaya antik, meneduhkan dan mengurangi gerah.

Didit muncul dan menggiring Coki ke dalam rumah kemudian menutup pintu.

Aku pengen anakku besoknya jadi anak yang pandai bersyukur. Jangan kayak bapaknya.

Alhamdulillah Rejeki Hari Ini
Alhamdulillah Rejeki Hari Ini bersama ayah dan ibunya, di Perumahan Bukit Asri, Gunung Sempu, Kasihan, Bantul, Rabu, 5 Februari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Coki Penjaga Alhamdulillah

Coki dipelihara keluarga Didit sejak ia berumur lima bulan, beberapa tahun sebelum Al dilahirkan. Saat itu, belum dikaruniai anak menjadi salah satu alasan Didit memelihara Coki.

Selain itu, Didit juga merasa kasihan pada Coki yang akan dibuang atau dijual pada penjual daging anjing oleh pemilik sebelumnya.

"Ada anjing yang mau disembelih. Saya openi (rawat) dan dialah yang pertama kali tahu bahwa istri saya hamil," tuturnya.

Saat awal memelihara Coki, Didit tidak tahu anjing itu jenis Pitbull. Sampai seorang teman memberi tahu dan memperingatkan Pitbull adalah jenis anjing yang sangar.

Namun, karena Didit dan istri terlanjur menyukai anjing itu, mereka melanjutkan merawat Coki. Apalagi Didit sempat berkonsultasi pada orang yang paham tentang Pitbull.

"Katanya Pitbull enggak masalah asal bisa handling-nya. Akhirnya kami anggap jadi bagian keluarga, dan saya mulai lupa bahwa kami belum ada momongan (anak). Jadi kami di rumah cuma bertiga; saya, istri dan Coki ini," tutur Didit.

Saat itu Didit menyempatkan diri berkonsultasi tentang hukum memelihara anjing, karena dia dan keluarga merupakan muslim. Didit tidak menjelaskan secara rinci pada siapa berkonsultasi, tapi ia mengaku mencuci bersih bagian tubuhnya yang terkena najis saat akan menunaikan salat.

Pada Oktober 2018, Meidiana mengalami kecelakaan dan patah tulang kaki. Meidi harus menggunakan tongkat dan kursi roda. Ia berobat pada seorang sinsei tulang terkenal. Tapi setelah sebulan berobat, perkembangannya tidak memuaskan.

Didit pun membawa Meidi ke tukang pijat di daerah Ngrajek, Muntilan. Di sana, baru sekali pijat, Meidi sudah bisa tidak menggunakan tongkat.

"Pas pamit pulang, Pak Rahmadi, tukang pijatnya bilang, 'Mbak, kamu sulit punya anak karena ada beberapa hal'. Akhirnya dipijat juga. Waktu itu saya tidak berharap apa-apa karena sudah pasrah. Upaya yang sudah kita tempuh juga cukup banyak. Bahkan istri pun sampai mengatakan kan udah ada Coki, ya sudah," kenang Didit.

Siapa menyangka sebulan kemudian Meidi hamil, tepatnya pada Desember 2018, tapi kehamilan itu baru diketahui pada Februari 2019 saat usia kehamilannya sembilan pekan.

Didit ingat betul pada Desember itu Meidi bertanya tentang kesehatan Coki, karena Coki bertingkah tidak seperti biasanya. Waktu itu Coki kalem, lembut, dan sering mencium perut Meidiana.

"Sejak itu Coki jadi semakin protektif ke istri saya. Misalnya kalau dia bilang aduh, Coki langsung menggonggong. Saat Al lahir, dia juga menjaga sekali," ujar Didit.

Alhamdulillah Rejeki Hari IniAlhamdulillah Rejeki Hari Ini dalam gendongan ayahnya, Didit Saputro, berpose di depan kamera wartawan di rumahnya, Perumahan Bukit Asri, Gunung Sempu, Kasihan, Bantul, Rabu, 5 Februari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Alhamdulillah Agar Pandai Bersyukur

Didit membawa Coki ke luar rumah dengan leher tetap terantai. Meidiana duduk di kursi sambil menggendong Al. Coki terlihat sedikit lebih tenang, meski sesekali masih menggonggong. Ia tampak jinak saat berdekatan dengan Meidiana dan Al.

Alhamdulillah, bayi itu, sama sekali tidak menunjukkan raut wajah takut. Ia tetap bermain dan bermanja dalam pelukan ibunya yang membawa kerupuk untuk diberikan pada Coki.

Didit bercerita, nama Alhamdulillah dipilih agar anaknya menjadi sosok yang mampu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Nama itu sudah disiapkan saat usia kandungan istrinya baru dua bulan. Saat itu ia berencana memberi nama Rejeki Hari Ini, seperti nama patung dari seorang pemahat idolanya.

"Alasannya, pertama, saya cukup lama baru dapat momongan. Kedua, kan pasti kita mau nama anak sebagai doa, siapa pun. Aku pengen anakku besoknya jadi anak yang pandai bersyukur. Jangan kayak bapaknya. Karena dulu buat saya, bersyukur adalah hal yang sangat sulit," kenangnya.

Didit mengisahkan perjalanan hidupnya sebelum akhirnya memilih nama Alhamdulillah.

Dulu Didit pernah mengalami masa kejayaan, tapi justru kelimpahan harta itu yang membuatnya menjadi "bodoh", dalam arti ia tidak mampu bersyukur atas apa yang telah dimilikinya.

Sebelum 2011, Didit merupakan fotografer lepas dan fotografer pernikahan. Sesekali ia juga menjadi stringer untuk salah satu media internasional. Namun sejak 2011 ia memulai profesinya sebagai fotografer periklanan.

Alhamdulillah Rejeki Hari IniHalaman rumah Alhamdulillah Rejeki Hari Ini, di Perumahan Bukit Asri, Gunung Sempu, Kasihan, Bantul, Rabu, 5 Februari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Ia belajar pada seorang fotografer periklanan terkenal saat itu. Untuk bisa mendapatkan ilmunya, Didit rela sekadar ikut dan disuruh-suruh fotografer tersebut.

"Istilahnya disuruh bawakan kabel. Saya disuruh apa pun mau, yang penting bisa belajar. Pada 2011 skill saya sudah lumayan dan banyak orderan. Bayangkan, dulu saya sebagai anak magang yang kos di kamar berdinding tripleks sampai bisa tinggal di apartemen," ia mengisahkan.

Tapi kemapanannya secara finansial tersebut tidak membuatnya bisa bersyukur. Ia justru menjadi tidak pernah puas, atau orang Jawa menyebut ngongso. Semakin banyak uang yang dimiliki, ia semakin gila kerja untuk mencari lebih banyak lagi.

"Wis sugih kok iseh ngongso (sudah kaya kok masih tidak puas) kerja. Banyak uang tapi tambah ngongso kerjo. Padahal sudah lebih jelas kondisi saya jauh lebih baik dari beberapa tahun sebelumnya. Tahun 2014 saya kena stroke, tepatnya 9 Juni 2014. Saat itu saya baru dua tahun menikah," kenangnya. Stroke membuat Didit cara berjalannya tidak normal, kakinya tidak lurus. 

Didit pun memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta. Selama stroke, ia sering berkunjung ke desa-desa. Di desa ia melihat betapa bahagianya orang-orang desa. Meski secara finansial mereka tidak kaya, mereka tetap bisa tertawa lepas.

Dari situ pikirannya mulai sedikit terbuka, bahwa sakitnya lebih disebabkan kurangnya rasa bersyukur dan banyaknya pikiran tentang duniawi.

Saat sakit itu pula Didit mendapatkan tawaran untuk memberi kursus kilat fotografi pada seseorang di Bali. Kala itu Didit mematok biaya Rp 30 juta untuk enam kali pertemuan, di luar ongkos transpor dan akomodasi. Harga itu pun disetujui.

"Saat itu saya asal ngomong saja untuk harganya, saya minta Rp 30 juta untuk 6 kali pertemuan. Apalagi saya waktu itu masih sakit, tapi juga butuh uang. Ternyata dia mau, langsung setuju. Jadi saya pikir dia orang kaya," tuturnya.

Alhamdulillah Rejeki Hari IniAlhamdulillah Rejeki Hari Ini bersama ayahnya, Didit Saputro, di rumahnya, Perumahan Bukit Asri, Gunung Sempu, Kasihan, Bantul, Rabu, 5 Februari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Tapi Didit sangat terkejut ketika tiba di Bali. Orang yang menggunakan jasanya ternyata bukan orang kaya seperti di pikirannya. Pria itu tinggal menumpang di rumah petak di Kabupaten Karangasem, jauh dari gemerlap Bali yang ia ketahui selama ini.

"Dia bukan orang kaya, rumahnya kecil, cuma terbuat dari batako. Saya diam, kemudian dia bilang ke saya, bahwa dia enggak mau dikasihani dan enggak mau diberi diskon untuk kursus memotret," tutur Didit.

Melihat kondisi itu, Didit bertanya kepadanya tentang uang yang akan digunakan untuk membayar jasanya. Ia bertanya bukan karena ragu, tapi karena penasaran melihat kondisi rumah calon muridnya.

Ternyata si calon murid menggadaikan tanah warisan milik istrinya untuk membayar biaya kursus. Ia rela melakukan hal itu karena kehidupannya sudah lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Dia bilang kehidupannya yang sekarang sudah jauh lebih baik daripada beberapa tahun lalu. Dulunya dia hidup di samping kandang babi," cerita Didit.

Didit mengajarinya, bukan untuk enam kali pertemuan, tapi sampai muridnya itu benar-benar menguasai teknik fotografi. Setelah dua pekan, pria tersebut mengusulkan agar Didit memanggil istrinya untuk berlibur ke Bali.

"Pas istri datang, dia kaget, kok saya jalannya sudah normal, sudah lurus. Saya sendiri tidak menyadari itu," kata pria yang hobi menangkap ular ini.

Dari peristiwa-peristiwa itulah kemudian Didit menamai anaknya yang lahir pada 7 September 2019 dengan nama Alhamdulillah Rejeki Hari Ini. Harapannya, kelak ia menjadi sosok yang senantiasa bersyukur atas nikmat. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Klitih Merusak Malam yang Tenang di Kulon Progo
Sabtu malam yang tenang di Kulon Progo itu mendadak mencekam dengan kedatangan gerombolan pengacau klitih yang main sabet pedang dan menembak.
Kampung Keris Terbesar se-Asia Tenggara di Sumenep
Bunyi letupan gerenda dan ketukan besi, menggema nyaris di semua sudut rumah di Desa Tongtong, kampung keris terbesar se-Asia Tenggara di Sumenep.
Ruang Kerja Wagub DKI Sepeninggal Sandiaga Uno
Kursi Wagub DKI Jakarta tak ada yang menduduki sejak Sandiaga Uno mengundurkan diri pada 27 Agustus 2018. 1 tahun 5 bulan kosong, apakah berdebu?
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.