Kuala Lumpur – Persaingan untuk menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia berikutnya meningkat pada Rabu, 18 Agustus 2021, menjelang tenggat yang ditetapkan raja bagi anggota parlemen untuk mengajukan nama kandidat pilihan mereka.
Raja Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah telah mengesampingkan pemilihan umum baru karena banyak bagian negara itu adalah zona merah Covid-19 dan fasilitas kesehatan tidak memadai.
Mantan PM Muhyiddin Yassin, yang mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada hari Senin, 16 Agustus 2021, telah ditunjuk sebagai pemimpin sementara sampai ditetapkan penggantinya.
Perdana Menteri (PM) Malaysia, Muhyiddin Yassin, 16 Agustus 2021 (Foto: dw.com/id)
Muhyiddin mundur setelah kurang dari 18 bulan menjabat di tengah pertikaian dalam aliansinya dan meningkatnya kemarahan publik atas apa yang secara luas dianggap sebagai penanganan pandemi yang buruk oleh pemerintahannya. Malaysia memiliki salah satu tingkat infeksi dan kematian per kapita tertinggi di dunia, meskipun keadaan darurat tujuh bulan dan PSBB diberlakukan sejak Juni.
Peran raja sebagian besar bersifat seremonial di Malaysia, tetapi dia menunjuk orang yang dia yakini memiliki dukungan mayoritas di Parlemen sebagai perdana menteri.
Pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, berbicara dalam konferensi pers setelah bertemu Raja Malaysia, di Kuala Lumpur, Malaysia, 13 Oktober 2020 (Foto: voaindonesia.com/AP).
ultan Abdullah bertemu dengan para pemimpin partai politik pada hari Selasa, dan memutuskan bahwa semua anggota parlemen harus secara individu menyerahkan nama-nama kandidat pilihan mereka untuk jabatan puncak itu ke istana selambatnya pukul 4 Rabu, 18 Agustus 2021, sore.
Persaingan tampaknya telah mengerucut menjadi dua kandidat utama, yaitu: mantan Wakil Perdana Menteri Ismail Sabri dan pemimpin oposisi Anwar Ibrahim (lt/ab)/Reuters/voaindonesia.com. []