Jakarta - Pendiri WhatsApp Brian Acton sudah mantap membawa aplikasi Signal Private Messenger untuk menaklukkan eksistensi WhatsApp. Sebelumnya, pendiri WhatsApp itu sempat meninggalkan perusahaan karena berselisih paham dengan Bos Facebook, Mark Zuckerberg.
Brian Acton meninggalkan WhatsApp tahun 2017 karena tidak setuju soal rencana Facebook memonetisasi WhatsApp dengan iklan. Dia jugalah yang mendeklarasikan tagar #DeleteFacebook di Twitter.
Setelah meninggalkan WhatsApp, dia bergabung dengan perusahaan nirlaba Signal Fondation yang mengelola Signal Messenger yang disebut sebagai aplikasi chatting dengan fitur end-to-end encryption terkuat saat ini dan anti sadap. Ia menduduki jabatan sebagai co-founder dan chairman perusahaan.
Pada 2018, Brian Acton berinvestasi 50 juta dolar AS ke Signal Fondation. Kini, dana itu digunakan untuk mengembangkan perusahaan lebih besar lagi. Perusahaan itu sudah menambah karyawan dari tiga menjadi 20 orang.

Aplikasi ini juga kini menambah sejumlah fitur baru untuk menarik pengguna yang lebih banyak. Contohnya, tersedia untuk iPad, fitur gambar dan video yang menghilang secara otomatis, stiker yang dapat disesuaikan hingga ekspresi emoji.
Fitur yang tidak kala penting adalah penambahan sistem baru untuk mengirimkan pesan grup dan menyimpan kontak terenkripsi di cloud. Padahal selama bertahun-tahun pengguna Signal hanya disuguhi fitur chatting dan video call.
"Transisi utama Signal adalah berubah dari perusahaan berisi tiga orang menjadi projek serius dengan kapasitas melakukan apa yang diperlukan untuk membangun software terbaik di dunia saat ini," ujar Marlinspike, pendiri Signal, seperti dikutip dari Wired, Rabu, 19 Februari 2020.
"Signal bukan lagi cuma untuk peneliti sekuriti paranoid, tetapi juga untuk massa. Sesuatu untuk setiap orang di dunia," ujar Brian Acton.
Pengguna Signal pun kini sudah meningkat pesat. Bila pada 2016 penggunanya cuma 2 juta, kini pengguna Signal sudah mencapai 10 juta di Android.
"Namun bertambahnya fitur ini bukannya tanpa masalah. Sebab bisa berdampak pada adanya celah keamanan pada platform yang membuat hacker bisa mencuri data," ujar peneliti John Hopkins University Matthew Green.
"Signal sedang berpikir keras untuk memberikan fungsi yang diinginkan pengguna tanpa terlalu banyak mengorbankan privasi. Jika Anda melihat Signal sebagai alat komunikasi yang penting dan aman pada masa depan, mungkin Anda tidak memandang Facebook dan WhatsApp sebagai aplikasi yang dapat diandalkan," ujar Matthew Green. []