Malang - Berlarut-larutnya konflik dualisme Arema tanpa ada solusi membuat Aremania kecewa. Senin, 16 November 2020, suporter turun ke jalan menggelar aksi damai bertajuk "Make Malang Great Again!" Mereka akan terus menggelar aksi sampai Arema menjadi satu.
Konflik dualisme membuat Aremania lelah. Apalagi, konflik yang berlangsung 9 tahun itu membuat suporter terpecah. Ada yang mendukung Arema FC yang berlaga di Liga 1. Namun ada pula yang membela Arema Indonesia, klub yang berkompetisi di Liga 3.
Salah satu perwakilan Aremania, Andi Sinyo, menuturkan keprihatinannya atas kondisi yang terjadi di tubuh Arema. Menurut dia konflik itu sudah mengakibatkan antar suporter terbelah. Dan perselisihan kian panas di media sosial.
Suporter pun menggelar aksi dari Stasiun Kota Malang dengan tujuan Alun-alun Tugu Kota Malang. Aremania berorasi, bernyanyi dan meneriakkan yel-yel persatuan Arema serta berupa beberapa tuntutan agar konflik dualisme segera berakhir.
Menurut Andi Sinyo, saat berorasi, tuntutan utama pendukung setia Singo Edan ini adalah Arema tidak terpecah menjadi 2 yaitu Arema FC dan Arema Indonesia. Dia juga berharap Yayasan Arema 1987 tidak dibubarkan.
Andi menuturkan Aremania sudah beberapa melayangkan surat kepada Yayasan Arema 1987. Suporter ingin ada mediasi. Namun harapan itu tak pernah kesampaian. Yayasan tak pernah menanggapi permintaan suporter.
"Aksi damai ini tidak ada Aremania dari Arema FC maupun Arema Indonesia tetapi Aremania saja. Tuntutan utama kami yaitu Satu Arema," kata Andi saat memberikan orasi di sela-sela aksi damai tersebut.
Aksi Damai Aremania Sebagai Puncak Kegeraman
Dia mengatakan aksi damai tersebut merupakan puncak kegeraman Aremania terhadap pihak yayasan yang tidak pernah memberikan jawaban. Untuk itu mereka turun ke jalan dan wadul (mengadu) kepada pemangku kebijakan di Malang Raya agar memfasilitasi tuntutan Aremania.
"Kami ingin, 3 kepala daerah serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Malang Raya bersinergi memfasilitasi tuntutan kami yaitu ada mediasi antara Aremania dan Yayasan Arema 1987. Kita bicarakan baik-baik. Ada masalah apa dengan Arema, sehingga bisa jadi 2," ujar dia.

"Makanya, melalui aksi ini. Kami ingin, bapak dan ibu pimpinan dan semua orang tua di Malang membantu mendatangkan Yayasan Arema 1987 yang selama ini sulit dicari," ujarnya.Menurut Sinyo aksi damai tersebut akan terus dilakukan Aremania. Ini dilakukan sampai tuntutan mereka dikabulkan.
Sebagaimana diketahui, Yayasan Arema 1987 sesuai SK MENKUMHAM tahun 2012 dengan akte notaris Nurul Rahadianti, SH nomor AHU-AH 01.06.317 mengatakan bahwa Darjoto Setyawan sebagai Pembina, Bambang Winarno sebagai Pengawas, Muhamad Nur sebagai Ketua, Rendra Kresna sebagai Bendahara dan sekretarisnya yaitu Mudjiono Mudjito yang sudah meninggal dunia.
"Kami ingin Yayasan Arema 1987 yang tercatat di Kemenkumham sejak tahun 2012 hingga 2015 ini datang ke Malang. Temui saja Aremania. Jangan sembunyi," tegasnya.
"Makanya, melalui aksi ini. Kami ingin, bapak dan ibu pimpinan dan semua orang tua di Malang membantu mendatangkan Yayasan Arema 1987 yang selama ini sulit dicari," ujarnya.
Selain melakukan aksi teatrikal tentang terjadinya konflik dualisme dan siapa saja dalangnya. Aremania juga menggelar street football bertajuk guyonan yaitu pertandingan sepak bola antara Arema Indomie vs Arema Foto Copy.
Baca juga:
Lampu Hijau Arema FC Kelola Stadion Gajayana
HUT ke-33 Arema Tetap Meriah Tanpa Konvoi di Malang
Sepak bola jalanan tersebut sebagai bentuk sindiran dan kekecewaan kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik dualisme Arema dan ingin menghancurkan klub kebanggaan warga Malang tersebut.
Tidak hanya itu, Aremania juga menggelar aksi sahut-sahutan yel-yel dan nyanyian untuk persatuan Arema. Aksi tersebut sebagai bukti bahwa Aremania hanya satu. Bukan dari Arema FC maupun Arema Indonesia. Begitu halnya juga dengan klubnya yaitu Arema hanya satu. []