Washington - Amerika Serikat kembali mengundang China untuk membicarakan pembatasan senjata. AS melihat Beijing mulai terbuka untuk melakukan negosiasi tiga arah dengan Rusia, kendatipun ada perbedaan pendapat yang intens.
"Amerika Serikat menyambut baik komitmen China untuk terlibat dalam negosiasi pengendalian senjata. Langkah-langkah selanjutnya adalah pertemuan tatap muka antara Amerika Serikat dan China," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, seperti diberitakan dari Channel News Asia, Jumat, 9 Juli 2020.
Sikap AS "hanyalah tipuan" untuk membiarkan Washington keluar dari perjanjian START baru.
Baca Juga: Waduh, Perusahaan AS Ramai-ramai Ekspansi ke China
Pemerintahan Presiden Donald Trump menuntut Tiongkok agar terlibat aktif dalam perjanjian pelucutan senjata nuklir AS-Rusia (START - Strategic Arms Reduction Treaty) yang yang ditandatangani pada 2010 dan diperkirakan masih berlaku hingga 2021. China tidak ikut bergabung dalam pembicaraan awal perjanjian START di Wina pada bulan lalu.
Pihak Tiongkok pada Rabu menyebutkan bahwa pihaknya bersedia untuk berpartisipasi dalam negosiasi dalam perjanjian pelucutan senjata nuklir. Namun dengan catatatan, AS mengurangi kekuatan persenjataannya.

Fu Cong, Direktur Jenderal Departemen Pengendalian Senjata Kementerian Luar Negeri China, menuduh bahwa sikap AS "hanyalah tipuan" untuk membiarkan Washington keluar dari perjanjian START baru. Amerika menurutnya berambisi untuk meningkatkan program nuklirnya.
Pemerintah AS menyangkal tuduhan itu. Untuk itu, melalui negosiatornya, Marshall Billingslea, akan akan mengundang Tiongkok untuk mengadakan pembicaraan soal pembatasan senjata nuklir. "Kita semua akan membawa perspektif dan tujuan yang berbeda ke meja perundingan dan pasti akan memiliki perbedaan pendapat," Juru Bicara kata Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus.
Kata Ortega lagi,"Sekarang saatnya untuk berdialog dan diplomasi antara tiga kekuatan senjata nuklir terbesar tentang cara mencegah perlombaan senjata baru."
Anatoly Antonov, Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Rabu mengatakan, sudah sangat jelas bahwa China tidak siap untuk berpartisipasi. Moskow, sementara tidak menentang peranan Beijing, tidak akan bergabung dengan tekanan AS untuk membawa kekuatan Asia.
Simak Pula: Trump Bujuk China untuk Bantu Menangkan Pilpres
"Kami siap untuk setiap perkembangan situasi dengan START baru. Kami tidak akan menghemat dengan biaya berapa pun," kata Antonov. []