Jakarta - Emiten, PT Astra International Tbk, Selasa lalu, 16 Juni 2020 menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Emiten dengan kode saham ASII mengumumkan secara resmi pembagian dividen tunai sebesar Rp 8,6 triliun setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham perseroan.
Besaran dividen tersebut setara dengan Rp 214 untuk setiap lembar saham yang dikoleksi oleh investor. Adapun, besaran dividen tunai yang didistribusikan kepada pemegang saham diambil dari laba bersih ASII pada 2019 sebesar Rp 21,71 triliun. Besaran dividen Rp sudah termasuk nilai dividen interim yang sebesar Rp 57 per unit saham yang sebelumnya telah disetorkan pada 30 Oktober 2019 lalu.
Jadwal Pembagian Dividen Astra International
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyebutkan, pembagian dividen tunai sebesar Rp 214 per saham dilakukan pada 10 Juli 2020. Berikut jadwal lengkapnya:
1. Tanggal Cum Dividen di Pasar Reguler & Pasar Negosiasi pada 24 Juni 2020;
2. Tanggal Ex Dividen di Pasar Regular & Pasar Negosiasi pada 25 Juni 2020;
3. Tanggal Cum Dividen di Pasar Tunai pada 26 Juni 2020;
4. Tanggal Ex Dividen di Pasar Tunai pada 29 Juni 2020;
5. Tanggal Pencatatan (Recording Date) pada 26 Juni 2020;
6. Tanggal Pembayaran Dividen Tunai pada 10 Juli 2020;
7. Tanggal Penyerahan bukti rekam SKD/DGT pada 1 Juli 2020;
8. Keterangan: Setiap satu saham akan mendapatkan dividen tunai sebesar Rp 157
Sebelumnya pada tahun lalu, ASII membagikan dividen tunai Rp 214 per saham. Total nilai dividen tersebut mencapai Rp 8,67 triliun. Jumlah dividen itu terdiri dari dividen interim Rp 60 per saham atau Rp 2,43 triliun yang telah dibayarkan pada 31 Oktober 2018 serta dividen final Rp 154,13 per saham atau Rp 6,24 triliun. Sisa dividen final dibayarkan pada 24 Mei 2019 kepada para pemegang saham yang tercatat per 8 Mei 2019.
Kinerja PT Astra International
Kinerja Astra International keseluruhan pada kuartal I 2020 (1Q20) menurun, meskipun kinerja bisnis otomotif dan jasa keuangan Grup Astra solid. Hal ini terutama disebabkan turunnya harga batu bara dan melemahnya kepercayaan konsumen.
Selain itu, karena dampak Covid-19 bertambah berat dan telah diterapkannya tindakan-tindakan pembatasan untuk menanggulangi pandemi, kondisi yang dihadapi semakin sulit dan memberikan dampak yang semakin besar terhadap kinerja Grup Astra pada April. Kondisi ini kemungkinan akan bertahan selama beberapa waktu. Meskipun demikian, Grup Astra memiliki posisi keuangan yang kuat, yang memungkinkan untuk memitigasi risiko yang dihadapi dalam situasi yang semakin menantang ini.
Tabel Pendapatan Bersih ASII pada Q1 2019 dan 2020 (diolah oleh Yossy Girsang)
Pendapatan bersih konsolidasian Astra Internasional Grup pada 1Q20 adalah sebesar Rp 54,0 triliun, 9% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Laba bersih mencapai Rp 4,8 triliun, 8% lebih rendah dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Hal ini terutama karena kontribusi yang lebih rendah dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, dimana penurunan tersebut lebih besar dari peningkatan kontribusi dari divisi agribisnis dan divisi infrastruktur dan logistik.
Nilai aset bersih per saham pada 31 Maret 2020 tercatat sebesar Rp 3.818, 5% lebih tinggi dibandingkan posisi 31 Desember 2019. Utang bersih, di luar anak perusahaan segmen jasa keuangan Grup Astra, menurun dari Rp 22,2 triliun pada akhir tahun 2019 menjadi Rp 21,8 triliun pada 31 Maret 2020.
Anak perusahaan segmen jasa keuangan Grup Astra mencatat utang bersih sebesar Rp 50,6 triliun pada 31 Maret 2020, dibandingkan dengan Rp 45,8 triliun pada akhir tahun 2019. Di setiap bisnis Grup Astra International, tingkat utang dan posisi likuiditas dipantau dengan cermat dan langkah-langkah tengah dilaksanakan untuk mengurangi risiko operasional dan keuangan. Berbagai tindakan juga tengah dilakukan untuk mengelola biaya dan menjaga kas, termasuk mengurangi belanja modal dan mengelola modal kerja.
Kinerja Saham Astra International
Pada medio Mei 2020, saham Astra International dalam sepekan naik 6,23% meskipun sektor otomotif menunjukkan penjualan yang turun signifikan. Namun masih terkompensasi dari penjualan saham Bank Permata (BNLI) ke Bangkok Bank.

Rabu, 20 Mei 2020, telah dilakukan transaksi penjualan saham Bank Permata atau BNLI yang dimiliki oleh ASII kepada BangkokBank Public Company Limited sebesar 44,56% atau 12,49 miliar lembar saham. Dengan kesepakatan harga jual Rp 1.346,97 per saham, maka ASII menerima penghasilan sebesar Rp 16,82 triliun, yang akan dicatatkan pada laporan keuangan tahun 2020 ini.
Sebagai informasi, total pelepasan saham Bank Permata (BNLI) ke Bangkok Bank akan mencapai 89,12%, dimana kepemilikan saham Standard Chartered Bank di Bank Permata sebesar 44,56% juga turut dilepas.
Transaksi jumbo ini sejalan dengan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa atau RUPSLB PT Bank Permata Tbk pada 23 April 2020 yang lalu. Para pemegang saham telah menyetujui rencana pengambilalihan oleh Bangkok Bank, sekaligus dilakukan perubahan jajaran dewan komisaris baru yang dinominasikan oleh Bangkok Bank yaitu Chartsiri Sophonpanich (Komisaris Utama), Chong Toh (Komisaris), Chalit Tayjasanant (Komisaris), dan Niramarn Laisathit (Komisaris). Sedangkan untuk posisi Direktur Utama masih tetap dipegang oleh Ridha D.M. Wirakusumah.