Jakarta - Pengamat transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno mengatakan sejak awal rencana pembangunan Bandara Soekarno Hatta (Soetta) tidak dirancang dilengkapi dengan stasiun kereta api. Namun kenapa kemudian Kementerian Perhubungan membangun stasiun kereta bandara. "Kereta bandara awalnya tidak ada dalam rancangan," katanya kepada Tagar, Minggu, 6 Oktober 2019.
Menurut Djoko, beda dengan Bandara Kualanamu di Medan, Sumatera. Bandara ini memang sudah dirancang sejak awal dan dengan perencanaan yang matang. "Jadi memang tidak sama. Tapi mungkin pemerintah punya pertimbangan untuk memberikan alternatif moda transportasi bagi calon penumpang di Bandara Soekarno Hatta," katanya.
Djoko menambahkan, penumpang merasakan naik kereta bandara itu tidak efektif. Begitu turun penumpang harus melalui beberapa titik tempat, sehingga cukup merepotkan terutama bagi yang membawa bagasi banyak. "Ini seharusnya diperhatikan sejak awal rencana pembangunan stasiun kereta bandara."
Menurut Djoko, jam operasional pengoperasian kereta bandara juga perlu mendapat perhatian disesuaikan dengan kebutuhan publik. Ia memberikan contoh bagaimana seharusnya jam operasional kereta bandara dari Stasiun Bekasi. "Jadwal keberangkatan dari Bekasi seharusnya dini hari saat tarif taksi di waktu itu tinggi, dengan begitu orang mau beralih ke kereta bandara," ucapnya.
Namun Djoko optimistis bila kereta bandara bisa ditangani secara optimal bisa meningkatkan okupansi. "Pembangunan jalur ganda (double track) harus dikebut sehingga bisa rampung sesuai tenggat waktu yang diperkirakan pada tahun 2021," katanya.
Sabtu, 5 Oktober 2019, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meresmikan pengoperasian kereta bandara dari Stasiun Manggarai. Dengan pengoperasian Stasiun Manggarai, diharapkan dapat meningkatkan okupansi penumpang dan bisa memberikan layanan yang lebih baik kepada masyarakat.