Jakarta - Vladimir Putin terpilih kembali menjadi presiden Rusia untuk masa jabatan ke-tiga. Berikut langkah mantan agen KGB itu menuju puncak kekuasaan. E. Schumacher menuliskannya untuk dw.com/id.
Didikan dinas rahasia Uni Soviet KGB (Foto: dw.com/id)
Didikan dinas rahasia Uni Soviet KGB. Lahir di St.Petersburg tahun 1952, Putin menandatangani kontrak kerja dengan badan intelijen Uni Soviet, KGB, begitu selesai sekolah hukum tahun 1975. Tugas pertamanya adalah memantau warga asing dan konsulat pegawai di kota asalnya. Dia kemudian ditugaskan ke Dresden, Jerman Timur. Ketika rejim Jerman Timur goyang, Putin diberitakan memerintahkan pembakaran ratusan dokumen KGB.
Pembimbing politik (Foto: dw.com/id)
Pembimbing politik. Di sebelah kiri terlihat Putin muda bersama walikota St.Petersburg Anatoly Sobchak (tengah) yang pernah menjadi dosen Putin. Sobchak mengangkat Putin sebagai penasehat urusan internasional. Foto ini dibuat tahun 1992, dengan Christine Vranitzky (kanan), istri Kanselir Austria saat itu pada upacara peresmian "Lapangan Austria" di St. Petersburg.
Meniti karir lewat jalur cepat (Foto: dw.com/id)
Meniti karir lewat jalur cepat. Dari St. Petersburg, Vladimir Putin dengan cepat meniti karir di Moskow. Tahun 1997, Presiden Boris Yeltsin menjadikannya sebagai staf golongan menengah. Posisi ini sangat menentukan bagi masa depan Putin, yang mulai membangun jaringan untuk menggapai kekuasaan.
Diangkat menjadi pelaksana jabatan presiden (Foto: dw.com/id)
Diangkat menjadi pelaksana jabatan presiden. Mei 2000, Boris Yeltsin memutuskan untuk mengundurkan diri dan memilih Putin sebagai penggantinya. Pada pemilihan presiden yang berikutnya, Vladimir Putin berhasil menarik simpati pemilih dan resmi menjabat sebagai Presiden Rusia.
Kemenangan besar (Foto: dw.com/id)
Mengakali masa jabatan maksimal dua periode. Setelah dua kali menjabat sebagai Presiden, Putin menurut konstitusi tidak bisa lagi mencalonkan diri lagi dalam pemilu berikutnya. Tahun 2008, Putin bertukar posisi dengan Perdana Menterinya Dmitry Medvedev, yang mencalonkan diri sebagai presiden dan akhirnya terpilih. Tetapi Medvedev sebenarnya hanya "boneka". Ketika masa jabatan presiden berakhir, keduanya kembali bertukar posisi.

Kemenangan besar. Maret 2018, Vladimir Putin kembali terpilih untuk masa jabatan keempat sebagai presiden dengan mayoritas besar. Karena masa legislatur diperpanjang menjadi enam tahun, Putin akan berkuasa sampat tahun 2024. Kalangan oposisi mengeritik pelaksanaan pemilu yang mereka sebut "penuh kecurangan". Tokoh gerakan oposisi paling populer, Alexei Navalny, dilarang ikut pemilu. (hp/yf)/dw.com/id. []