Jakarta - Belum lama ini viral, Begpacker menolak membayar makanan yang dikonsumsinya, terjadi di cafe yang berlokasi di Pulau Bali. Banyak masyarakat berpikir bahwa turis yang datang ke Indonesia adalah orang yang kaya, memiliki banyak uang dan sebagainya.
Para Begpacker atau turis pengemis berdatangan ke negara-negara wisata dengan membawa uang seadanya. Mereka pun dengan sengaja melakukan cara yang dianggap buruk bagi negara asal mereka.
Pasalnya, para Begpacker ini kerap sekali meminta-minta dengan cara mengemis maupun menjual barang-barang mereka agar mendapat donasi untuk melanjutkan perjalanan menuju negara lainnya.
Baca juga: Pengamat Beri Solusi Keberadaan Turis Begpacker di Bali
Hal itu justru terlihat sangat buruk untuk perkembangan pariwisata di Indonesia, terutama Bali. Karena Begpacker ini kebanyakan melakukan hal seperti itu di Bali. Sehingga membuat wisatawan asing maupun masyarakat bali resah akan kelakuan mereka.
Tidak hanya itu, bahkan mereka memiliki pengeras suara sendiri untuk meminta-minta kepada masyarakat yang ada disitu. Bahkan sampai menjual barang pribadi nya. Menjual foto-foto hasil liburan, menjual pakaian dll.
Para Begpacker juga sering memakai situs online seperti crowdfunding untuk meminta dana bantuan agar mereka dapat melanjutkan perjalanan dengan cara membuat video secara demikian agar dapat menarik simpatik para netizen yang melihat mereka.
Sementara itu, pihak Imigrasi Bali mengatakan, kebanyakan para Begpacker lebih berasal dari Negara Australia, Inggris, atau Rusia.
Kabid Intelijen dan Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I TPI Ngurah Rai Setyo Budiwardoyo mengatakan akan segera melakukan tindakan tegas untuk para turis yang melakukan hal demikian. Jika terdapat turis yang mengemis atau dianggap bermasalah akan dibawa ke Kantor Kedutaan Besar masing-masing.
"WNA yang nggak punya duit atau pura-pura gembel, akan kami kirimkan orang itu ke kedutaannya atau minta perlindungan ke kedutaannya yang notabene harus melindungi warga negaranya yang di sini banyak," katanya.
Baca juga: Lima Begpacker yang Meresahkan di Bali
Mengetahui hal itu, wisatawan asal Australia Blake Wilson meminta agar aparat penegak hukun memberikan pelajaran pada para turis pengemis. Pria berusia 30 tahun itu pun kecewa dengan tindakan yang dilakukan turis yang berasal dari negaranya.
Selanjutnya, dia juga meminta agar menindak turis yang melakukan keributan saat sedang mabuk-mabukan dan melakukan hal tak senonoh para perempuan.
Turis asal Australia, Blake Wilson berujar bahwa turis gembel yang bikin onar dan berulah di Bali harus diproses secara hukum.
Jika mereka melakukan hal buruk, tidak ada alasan. Panggil polisi, dan polisi kasih mereka denda atau tangkap masukkan ke sel. Mereka bikin kami sesama warga Australia ikut jelek.
Sebelum ramai di Indonesia, fenomena Begpacker sudah ditemukan sejak beberapa tahun lalu di negara Asia Tenggara lain, seperti Thailand dan Vietnam.
Sementara itu, pemandu pariwisata Putra Marpaung mengatakan lebih senang ketika turis dari Eropa datang mengunjungi Bali. Dari turis Eropa itu dia bisa menghasilkan banyak uang tambahan saat membawanya memperkenalkan tentang wisata yang ada disitu.
"Lebih senang kalau turis yang dari Eropa dapat kita. Banyak uang masuk dari situ, selain baik uangnya juga banyak. Apalagi pas kita bawa dia berkeliling di Bali," ucapnya singkat. []