Yogyakarta - Selama pandemi corona, sekolah dilakukan secara online. Tentunya pakai kuota internet. Dan itu dikeluhkan sebagian besar orang tua. Tarif kuota internet yang kelewat mahal. Begitu mayoritas keluhan yang disampaikan.
Seperti yang dialami warga Bintaran, Kota Yogyakarta, yang harus merogoh kocek Rp 60.000 selama tiga hari untuk kuota internet anaknya. "Ada satu keluarga yang menghabiskan Rp 60.000 dalam tiga hari hanya untuk memfasilitasi internet anak-anaknya selama belajar daring," Ketua Paguyuban Bintaran Bersatu Reno Ardana di Yogyakarta, Rabu, 29 Juli 2020.
Reno bersama pemuda Bintara mencari solusi terkait keluhan kuota internet itu. Singkat kata, ketemulah dengan keberadaan wifi bersama lewat Layanan Internet Masyarakat (Limas) dari Pelangi Surya Persada atau PSP. "Akhirnya kami mengupayakan bersama warga agar mendapatkan internet murah hingga bertemu dengan PSP mau memberikan program ini," ungkapnya.
Menurut dia, harganya cukup terjangkau. "Cukup Rp 30.000 per bulan tanpa batasan. Setiap titik bisa menjangkau sekitar 180 KK," ucap tokoh pemuda ini.
Tak heran dengan fasiltas Limas ini, sekolah online bukan lagi menjadi persoalan bagi anak-anak sekolah. Hal itu terlihat pada di gang sempit Kampung Bintaran Kidul RT 08 / RW 03 Wirogunan, Mergangsan Kota Yogyakarta. Belasan anaka-anak memanfaatkan wifi secara berjamaah.
Cukup Rp 30.000 per bulan tanpa batasan. Setiap titik bisa menjangkau sekitar 180 KK.
Orang tua siswa, Yuni Martina mengatakan, selama tahun ajaran baru, kebutuhan kuota internet naik dua kali lipat. Hal ini wajar karena pandemi sehingga kebijakan pembelajaran dilakukan di rumah. "Terasa sekali pengeluarannya, apalagi saat pandemi kan ekonomi lagi susah," katanya.

Menurut dia, sebelum ada corona Rp 50.000 sudah cukup untuk sebulan di ponsel. Sekarang Rp 100.000 bisa lebih, karena kebutuhan penggunaan kuota internet banyak seperti harus download materi, mencari referensi. "Jadi kami senang dengan layanan program Limas yang memberikan fasilitas internet murah ini," ujarnya.
Direktur Partnership & Aplication PSP Kurniawan mengatakan, layanan Limas memiliki koneksi cepat, tanpa batas meski dengan murah. Radius jangkauan internet setiap titik sekitar 100 meter sehingga memudahkan siswa yang akan belajar secara daring.
Dia mengatakan, program ini memang didedikasikan untuk membantu para siswa dalam mengikuti pembelajaran daring. Pengelola dari paguyuban pemuda kampung setempat sehingga ada keuntungan bagi paguyuban, serta RT dan RW. "Pemasangan dilakukan para pemuda dipantau oleh para pemuda juga," katanya.
Terlepas koneksi internet cepat, namun mayoritas siswa lebih menyukai model belajar tatap muka. Anak-anak mulai merasakan kejenuhan dengan daring dan sangat ingin masuk sekolah.
"Kalau disuruh milih, lebih suka belajar di sekolah, sejak duduk di kelas IV ia belum pernah bertemu bapak ibu guru," kata Alinka, siswa Kelas IV SD Margoyasan Kota Yogyakarta.
Selama sekolah daring, Alinka mengikuti pembelajaran sebanyak empat mata pelajaran dengan memanfaatkan ponsel milik orang tuanya. "kadang menyimak lewat video. Tambah capek, enak belajar di sekolah," katanya. []