Jakarta - Tim Calon Presiden-Cawapres Prabawo-Sandiaga, mengklaim massa kampanye capres-cawapres nomor urut 02 mengalahkan massa Jokowi saat berkampanye di Stadion Sriwedari Solo, Rabu (10/4/2019) .
Diketahui, kedua capres memang berkampanye di tempat yang sama. Jokowi hadir sehari sebelumnya, yakni Selasa (9/4) dan Prabowo keesokan harinya, Minggu (10/4).
Jika membandingkan massa Prabowo saat berkampanye di Solo saat itu lebih banyak dari massa Jokowi, Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno, Andre Rosiade membenarkan hal itu.
"Faktanya memang kampanye pak Prabowo di Solo sehari setelah pak Jokowi, jauh lebih ramai daripada kampanye Jokowi," kata Andre Rosiade saat dihubungi Tagar News, Kamis (11/4).
Kata dia, melihat banyaknya antusias massa Prabowo di kampanye terbuka di Solo saat itu adalah sebagai tanda kekalahaan Jokowi Jelang Pilpres 2019 mendatang.
"Ini menunjukkan hanya satu hal, bahwa pak Jokowi dikandang beliau di kampung beliau di Solo yang juga katanya di kandang banteng ternyata kampanye Prabowo jauh lebih masif massa nya. Itupun sudah dicegat-cegat oleh pihak kepolisian. Sehingga massa tidak bisa masuk. Itu pun jumlahnya jauh lebih banyak. Hanya satu jawabannya itu tanda-tanda kekalahannya pak Jokowi," ujarnya.
Dia mengklaim dimanapun Prabowo-Sandiaga berkampanye, massa selalu ramai dan tertib. Sehingga terlihat bagaimana antusiasnya warga menyambut Prabowo sebagai calon presiden.
"Saya rasa bukan hanya di Solo, hampir seluruh Republik Indonessia kampanye Prabowo-Sandiaga jauh lebih antusias dan jauh lebih banyak pendukungnya daripada pada pak Jokowi. Bahkan lebih ramai dan jauh lebih tertib," ungkapnya.
"Coba kita lihat nanti 13 April nanti Jokowi nanti akan pakai Gelora Bung Karno, pak Prabowo satu jam setelah acara seluruh sampah bersih. Kita lihat ini soal kualitas peserta ya. Kalau nanti ada lautan sampah, masyarakat bisa nilai kualitas pendukung Prabowo dibandingkan kualitas pendukung Jokowi. Mana yang lebih berakal sehat pendukung Prabowo atau Jokowi," pungkasnya.
Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) Wasisto Raharjo Jati memiliki pandangan yang berbeda. Karena menurut dia, antusias publik yang hadir dalam kampanye itu bukanlah menjadi tolak ukur dalam mendukung pasangan capres-cawapres.
"Saya pikir sepi atau ramai itu tidak selalu menjadi paramater antusiasme publik dalam mendukung calon masing-masing," ucap Wasisto Raharjo Jati dari keterangan tertulis yang diterima Tagar News, Kamis (11/4).
"Asumsi tersebut bisa benar dan tidak. Kalau itu benar, Jokowi juga masih punya kantong suara lainnya selain Solo. Kalau itu tidak, sebagian besar massa itu datang dari luar kota Solo," tandasnya. []