Jakarta - Sebuah video yang diduga berisi detik-detik penembakan mahasiswa di Kendari, beredar di media sosial.
Dalam video berdurasi 2 menit 20 detik itu, tampak sejumlah mahasiswa tengah terlibat bentrokan di atas badan jalan yang cukup lebar.
Sebagian terlihat melakukan pelemparan ke arah bagian dalam pagar sebuah gedung.
Pada detik ke-36, mulai terdengar serentetan tembakan dari arah yang tidak diketahui. Sontak, mahasiswa yang hampir memenuhi jalan raya tersebut lari menyelamatkan diri ke dua arah berbeda.
Pada menit 1,7 detik, nampak beberapa orang justru mencoba berlari menuju arah semula. Mereka terlihat menghampiri seorang rekan yang terkapar di atas aspal.
Seseorang dari mereka mencoba menyeret badan mahasiswa yang terkapar tersebut di tengah desing suara tembakan, sampai pada akhirnya sejumlah rekan lain membantu mengangkat tubuh orang itu ke tempat yang lebih aman.
Dari video, terdengar teriakan beberapa orang memanggil petugas medis.
Baca juga: Sebelum Ditangkap, Dandhy Laksono Unggah Video Ini
Video tersebut terpantau diunggah melalui media sosial Twitter oleh Dandhy Laksono, aktivis lingkungan hidup yang juga merupakan seorang wartawan.
Dalam unggahannya, Dandhy menyebut peristiwa dalam video adalah detik-detik tewasnya Randi, seorang mahasiswa yang meninggal dunia pada aksi demonstrasi di depan gedung DPRD Sulawesi Tenggara.
"Rekaman peristiwa di Kendari yang menewaskan La Randi (21), mahasiswa Universitas Haluoleo saat berunjuk rasa ke gedung DPRD Sulawesi Tenggara (26/9). Suara tembakan beruntun, lalu korban jatuh dan hendak diselamatkan kawan-kawannya, namun tak tertolong," tulis akun #Dandi_Laksono, Kamis, 26 September 2019, malam.
Foto: Screenshot Twitter
Sementara Kabid Humas Polda Sulawesi Tenggara (Sultra), AKBP Harry Golden Hart yang dihubungi Tagar mengatakan, video tersebut berisi informasi hoaks.
"Itu hoaks karena faktanya, pukul 15.00 Wita, kami menyemprotkan water canon dan gas air mata sehingga ada jarak yang cukup jauh sekitar 500 meter lebih antara massa pendemo dengan kami yang berada di sekitar lokasi kantor DPRD Provinsi," kata Harry, Kamis, 26 September 2019, malam.
Ia mengatakan, aparat keamanan yang disiagakan mengawal aksi demonstrasi mahasiswa, tidak dibekali dengan senjata api.
Petugas kepolisian yang membawa senjata hanya berasal dari satuan Brimob. Senjata tersebut dilengkapi peluru hampa yang diakui Harry tidak digunakan sama sekali sewaktu melakukan pengamanan aksi.
"Tidak ada petugas kami yang dilengkapi peluru tajam atau pun peluru karet," kata dia.
"Peluru hampa itu hanya ada pada tim Brimob dan tidak digunakan sama sekali," ujar dia. []