Jakarta - Iran mengeluarkan ancaman eksplisit untuk melancarkan serangan terhadap Uni Emirat Arab (UEA) yang membuat kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel. Presiden Iran, Hassan Rouhani mengatakan UEA telah membuat "kesalahan besar" dan mengutuk apa yang disebutnya sebagai pengkhianatan.
Harian garis keras Iran Kayhan, yang pemimpin redaksi ditunjuk oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, melangkah lebih jauh. "Pengkhianatan besar UEA terhadap rakyat Palestina ... akan mengubah negara kecil dan kaya ini, yang sangat bergantung pada keamanan, menjadi sasaran yang sah dan mudah," katanya dalam editorial halaman depan.
Latihan angkatan laut Iran baru-baru ini menampilkan rudal yang berasal dari peluncur bawah tanah. Ini baru dan membunyikan alarm.
Baca Juga: Israel dan Uni Emirat Arab Normalisasi Hubungan
Iran menargetkan warga sipil Saudi dengan rudal yang diluncurkan oleh pasukan proksi di Irak dan Yaman. Analis keamanan, Dr. Theodore Karasik mengatakan kepada Arab News bahwa ancaman baru harus ditanggapi dengan serius. "Rudal Iran dapat menghantam UEA dalam delapan menit," kata Karasik, seorang penasihat senior untuk analisis negara Teluk di Washington, D.C.
Kami tidak bernegosiasi atas nama Palestina dan bukan terserah kami untuk melakukannya.
Menurutnya, mereka dapat menargetkan infrastruktur penting, atau mereka dapat dengan mudah menargetkan gurun dalam perang psikologis. “Latihan angkatan laut Iran baru-baru ini menampilkan rudal yang berasal dari peluncur bawah tanah. Ini baru dan membunyikan alarm. Namun demikian, Dubai dan pusat kota lainnya masih dianggap zona aman, " tutur Karasik.
Perjanjian minggu lalu, yang difasilitasi oleh Presiden AS Donald Trump, UEA dan Israel menandantangani kesepakatan normalisasi hubungan kedua negara yang merupakan untuk pertama kalinya. Atas kesepakatan itu, Israel akan menghentikan rencana untuk mencaplok wilayah Tepi Barat.
Ali Abdullah Al-Ahmed, Duta Besar UEA untuk Prancis, mengatakan kepada Arab News edisi bahasa Prancis bahwa masih ada lagi yang akan datang. “Apa yang akan terjadi selanjutnya tidak hanya terbatas pada tingkat politik saja tetapi akan merata pada tingkat ekonomi, teknologi, dan akademik,” katanya.
Menurut Ahmed, sangat mungkin bahwa tempo perkembangan hubungan UEA dengan Israel ini akan lebih cepat. Duta Besar menolak klaim bahwa Palestina telah dikhianati. "Kami tidak bernegosiasi atas nama Palestina dan bukan terserah kami untuk melakukannya," katanya.
Kata Ahmed lagi,"Posisi kami terkait perjuangan Palestina sejalan dengan konsensus Arab mengenai Yerusalem dan parameter lain dari kebulatan suara Arab, kami mematuhinya dan kami tidak melepaskannya."

Sementara itu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dituduh melakukan standar ganda setelah dia mengancam akan memutuskan hubungan dengan UEA atas perjanjian tersebut,. Namun tetap mempertahankan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Israel.
"Turki bersikap munafik," kata Seth J. Frantzman, Direktur Eksekutif Pusat Pelaporan dan Analisis Timur Tengah. Menurutnya, itu adalah pilihan yang disengaja oleh Ankara untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan ekonomi.
"Ankara, dipandu oleh partai yang berkuasa saat ini, bergerak menuju rezim paling anti-Israel di wilayah tersebut," ucap Ahmed.
Seperti diberitakan sebelumnya, Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) mencapai kesepakatan normalisasi hubungan. Dalam kesepakatan itu, Israel setuju untuk menangguhkan rencana kontroversialnya untuk mencaplok bagian Tepi Barat yang didudukinya. Banyak negara yang menyebutkan bahwa kesepakatan bersejarah itu merupakan terobosan menuju perdamaian.
Simak Pula: Israel Lancarkan Serangan Udara Hancurkan Sekolah
Sementara Presiden Donald Trump menyebutkan kesepakatan antara Perdana Menteri Netanyahu dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed Al Nahyan merupakan momen yang benar-benar bersejarah. Ini menandai kesepakatan damai Israel-Arab ketiga sejak deklarasi kemerdekaan Israel pada tahun 1948, setelah Mesir dan Yordania. []