Jakarta - Bank Indonesia optimistis nilai tukar rupiah akan berada pada level Rp 15.000, per dolar AS pada penghujung tahun nanti. Nada positif tersebut dilontarkan oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo saat menggelar paparan virtual di kantornya, Rabu, 6 Mei 2020.
Nilai tukar pada Senin (4/5) ditutup pada level Rp 15.050 dan pada hari Selasa (5/5) menguat Rp 15.010
Menurut Perry, kondisi rupiah kini terus mengalami tren penguatan seiring dengan faktor fundamental inflasi yang rendah dengan kisaran tiga persen. Selain itu, defisit neraca perdagangan pada kuartal I/2020 hanya sekitar 1,5, persen hingga 2 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Baca Juga: Bunga Acuan Tetap, Rupiah Terkoreksi Tipis
"Kami juga mencatat perbedaan suku bunga (yield spread) sangat tinggi, Yield SBN 10 tahun Indonesia sebesar 8,02 persen, sedangan yield UST Note 10 tahun sebesar 0,3 persen-04 persen, sehingga yield spread sebesar 7,5 persen. Faktor tersebut menyebabkan nilai tukar undervalued dan diperkirakan bergerak stabil dan cenderung menguat,' ujar Perry di Jakarta, Rabu 6 Mei 2020.
Sebagai Informasi, nilai tukar pada Senin (4/5) ditutup pada level Rp 15.050 dan pada hari Selasa (5/5) menguat Rp 15.010. Pergerakan nilai tukar dalam jangka pendek (harian) dipengaruhi oleh faktor teknikal (sentimen) positif. Yakni sejumlah wilayah di AS dan Eropa akan membuka kegiatan ekonomi, pernyataan board members The Fed yang menyampaikan bahwa ekonomi AS akan membaik di semester II-2020, meskipun di semester I-2020 mengalami resesi ekonomi serta peningkatan harga minyak.

Sementara itu, beberapa sentimen negatif yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu ketegangan hubungan antara AS dan Tiongkok, ketegangan hubungan Korea Utara dan Korea Selatan.
Simak Pula: Rupiah Menguat, BI Ucapkan Terima Kasih ke Eksportir
"Kami juga melihat putusan Mahkamah Konstitusi Jerman bahwa quantitative easing (QE) yang dilakukan Bank Sentral Eropa (ECB) berpotensi memberikan tekanan terhadap rupiah," kata Gubernur BI.[]