Surabaya - Perlambatan ekonomi global nampaknya membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Jatim). Akibat perlambatan tersebut, ekonomi Jatim diprediksi hanya akan tumbuh 3 persen pada tahun 2019 ini.
Kepala Kantor Perwakilan BI Jatim, Ahmad Difi Johansyah mengatakan, dengan adanya perlambatan ekonomi global, ekspor Jatim juga menurun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim ekspor Jatim USD 18,56 miliar pada Januari-November 2019.
Perdagangan dalam negeri juga agak tertahan, kenapa, karena kalau perdagangan dalam negeri kami kan juga dagang dengan provinsi lain.
Difi menjelaskan, melambatnya ekspor ini juga terjadi pada perdagangan dalam negeri Jatim. Mengingat perdagangan dalam negeri tujuannya ke provinsi lain. Sedangkan melambatnya ekonomi global tidak hanya dirasakan Jatim saja, tetapi provinsi lainnya.
"Perdagangan dalam negeri juga agak tertahan, kenapa, karena kalau perdagangan dalam negeri kami kan juga dagang dengan provinsi lain. Nah provinsi lain juga kena dampak dari perlambatan ekonomi dunia," ungkap Difi, usai rapat tahunan BI di Surabaya, Selasa 17 Desember 2019.
BI mencatat hingga saat ini pertumbuhan ekonomi Jatim triwulan III 2019 mengalami perlambatan cukup signifikan, yakni 5,32 persen. Pertumbuhan ini tergolong lebih rendah jika dibandingkan triwulan II 2019 yaitu 5,69 persen, dan triwulan I 2019 yakni sebesar 5,55 persen.
Meski demikian, kenaikan pertumbuhan ekonomi tidak diatas di kisaran 5,3 persen hingga 5,5 persen.
"Tentu angka itu tidak lebih baik dari raihan 2018 yang mencatatkan 5,50 persen," terangnya.
BI optimis pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa terkatrol. Pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi mampu bergerak di angka 5,2-5,8 persen.
"Kami berharap bisa di range atasnya mendekati 5,8 persen. Dan mungkin kalau ada semakin konkrit bisa lebih dari pada itu," ungkapnya.
Turunnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 80 Tahun 2019 merupakan momentum baru pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Pembangunan infrastruktur dapat memberikan nilai tambah pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Menurutnya, sumber lain yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi adalah dengan mengerakkan konsumsi dalam negeri. Seperti pembelanjaan dalam rumah tangga, tetapi juga pariwisata.
"Dan satu hal lagi adalah mengenai perdagangan antar daerah itu juga pertumbuhan ekonomi baru dan tentunya potensi baru adalah e-commers," ujarnya. []