Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menyerukan larangan terhadap penggunaan senjata serbu. Seruannya disampaikan 23 Maret 2021 setelah penembakan massal kedua di Amerika dalam rentang waktu seminggu yang menewaskan 10 orang di Colorado, AS. Sebelumnya, 16 Maret 2021, terjadi penembakan di Atlanta, Georgia, yang menewaskan 6 orang. Penembakan itu memicu seruan baru yang mendesak untuk mengendalikan penggunaan senjata api.
Berpidato kepada rakyat Amerika yang sudah lama mengalami trauma akibat pembantaian dengan senjata di sekolah, klub malam, bioskop, dan ruang publik lain, Biden mengatakan, ia tidak "perlu menunggu satu menit lagi, apalagi satu jam, untuk mengambil langkah-langkah akal sehat yang pada masa depan akan menyelamatkan nyawa dan mendesak kolega saya di DPR dan Senat untuk bertindak."
Polisi berjaga di luar supermarket King Soopers, yang menjadi lokasi penembakan massal, di Boulder, Colorado, Senin, 22 Maret 2021. (Foto: voaindonesia.com - David Zalubowski/AP)
"Ini bukan dan seharusnya tidak menjadi masalah partisan. Ini masalah Amerika. Ini akan menyelamatkan nyawa. Nyawa orang Amerika. Dan kita harus bertindak," kata Biden.
Pengendalian senjata yang lebih ketat sangat populer di kalangan orang Amerika Serikat. Namun, Partai Republik telah lama menentang apa yang oleh sebagian orang dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak mereka untuk memiliki senjata api.

Biden berbicara di Washington beberapa jam setelah seorang pria berusia 21 tahun didakwa menembak sepuluh orang di pasar swalayan di Boulder, Colorado. Pembantaian itu terjadi kurang dari satu minggu minggu setelah pria bersenjata lain menembak mati delapan orang di tiga spa di Ibu Kota negara bagian Georgia, Atlanta.
Kedua pembunuhan itu kembali memicu seruan bagi para politisi agar bertindak, tetapi pada Selasa, 23 Maret 2021, seperti sebelumnya, kembali terjadi perpecahan bipartisan (ka/jm)/AFP/voaindonesia.com. []