New Delhi - Vice President untuk bidang pemasaran komersial Boeing Co, Darren Hulst merasa yakin pesawat jenis 737 Max bisa terbang lagi sebelum akhir tahun ini. Menurutnya, Badan Penerbangan Sipil Amerika (FAA) telah memberikan lampu hijau untuk izin terbang lagi pesawat B 737 Max yang sempat dikandang menyusul dua kecelakaan yang menewaskan ratusan orang. "Kami yakin izin dari FAA bisa keluar kuartal ini," katanya seperti diberitakan dari Channel News Asia, Rabu 6 November 2019, seperti dikutip dari AFP.
Soal operasional terbang 737 Max menurut Hulst, tergantung otoritas penerbangan di masing-masing negara. "Kami siap bekerja sama dengan otoritas untuk kesiapan terbang 737 Max di masing-masing negara," ucapnya.
Hulst mengatakan pihaknya telah mengembangkan perangkat lunak untuk perbaikan kinerja 737 Max. "Kami telah melakukan uji terbang, baik di udara maupun pengujian simulator. Langkah selanjutnya adalah menentukan sertifikasi terbang dengan FAA dan saat itulah kita bergerak dari timeline kami ke timeline regulator," katanya.
Salah satu produsen pesawat terbang terbesar di dunia yang bermarkas di Chicago ini mengalami masalah setelah dua peristiwa kecelakaan yang dialami pesawat B 737 Max, yakni yang dioperasikan maskapai Lion Air Indonesia Oktober tahun lalu menewaskan 189 penumpang dan Ethiopian Airlines tahun ini yang menewaskan 157 orang. Akibat dua kecelakaan itu, sebanyak 400 pesawat 737 Max dikandangkan (grounded) dan dilarang terbang. Larangan terbang itu membuat Boeing mengalami kerugian miliaran dolar AS.

Seperti dikutip dari thismoney.co.uk, pasca kecelakaan, Boeing berencana untuk menerbangkan kembali 737 Max setelah dilakukan berbagai penyempurnaan terutama soal mesin. CEO Boeing Dennis Muilenburg diundang DPR untuk menjelaskan soal rencana terbang kembali 737 Max. Saat dengar pendapat, ia dicecar banyak pertanyaan dari anggota DPR terkait apakah Boeing bisa menjamin faktor keselamatan dengan pengoperasian kembali 737 Max.
Muilenburg juga dicecar habis-habisan karena mengambil bonus 20 juta dolar AS pada tahun 2018. Ini membuat ia memutuskan tidak akan mengambil bonus tahun ini. Muilenburg berjanji tidak akan mengambil bonus sepeser pun. "Pertama, tidak akan ada bonus jangka pendek, jangka panjang, ketiga, tidak ada kompensasi saham sampai MAX benar-benar bisa terbang dengan aman," katanya beberapa waktu lalu.
Pasar India
Boeing menghadapi persaingan yang semakin ketat dari rivalnya, Airbus seperti di India. Menurut Hulst, India akan menjadi pasar penerbangan dengan pertumbuhan tercepat di dunia selama 20 tahun ke depan. India diperkirakan akan memesan 2.380 unit pesawat dengan nilai ditaksir mencapai 330 miliar dolar AS. Tahun lalu, jumlah penumpang pesawat di India naik 18 persen dengan hampir 140 juta merupakan penumpang domestik.
Namun kata Hulst, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kebangkrutan maskapai penerbangan terkemuka di India Jet Airways juga menekan pasar. Namun maskapai berbiaya rendah (LCC), IndiGo bulan ini memasan 300 unit pesawat dari Airbus. "Boeing akan tetap berpegang pada pemulihan jangka panjang dalam menghadapi persaingan di India," katanya.
Menurutnya, Boeing melihat lebih banyak kompetisi dan pasar yang lebih beragam selama lima hingga 20 tahun ke depan. Untuk itu, Boeing akan tetap mempertahankan target ambisiusnya."Kami mengambil pandangan ke depan tentang apa yang bisa kami lakukan. Bagaimana kami dapat mendukung pertumbuhan di India. Kami yakin dapat menawarkan produk di pasar India," kata Hulst.
- Baca Juga: Bos Boeing Akui Salah Soal Kecelakaan B 737 Max
- Boeing 737 Max 8, Tragedi Pesawat Paling Laris dari Boeing