Washington - Boeing Co tengah mengalami kesulitan likuiditas pasca kecelakaan dua pesawat jenis 737-800 Max. Pabrikan pesawat dari Amerika Serikat (AS) tengah mencari pinjaman senilai 10 miliar dolar AS setara Rp 136,71 triliun atau lebih untuk mengatasi melonjaknya biaya produksi pasca kecelakaan dua pesawat jenis B 737-800 Max. Sebuah sumber mengatakan kepada Reuters pada Senin, 20 Januari 2020 waktu setempat, Boeing tengah melakukan pembicaraan dengan sejumlah bank.
CNBC pertama kali melaporkan dengan mengutip sumber-sumber bahwa Boeing sudah mendapatkan komitmen pinjaman senilai 6 miliar dolar AS dari bank. Saat ini perusahaan masih melakukan pembicaraan dengan pemberi pinjaman lain. Sebuah sumber Reuters menyebutkan, Boeing kemungkinan juga akan mempertimbangakan untuk penerbitan surat utang atau obligasi baru. Namun menurut sumber itu, yang menjadi masalah adalah fleksibilitas karena belum jelas proses perbaikan 737 Max.
Produksi B 737-800 Max ditangguhkan sementara.
Boeing tidak mau memberikan komentar. Reuters melaporkan pada Jumat bahwa Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) tidak akan memberikan izin terbang B 737-800 Max sampai Maret 2020. Tapi mungkin malah bisa molor hingga April atau mungkin lebih. Boeing mengkonfirmasi bahwa mereka menghentikan sementara produksi 737-800 Max di negara bagian Washington dalam beberapa hari terakhir. Sebelumnya pada Desember lalu, perusahaan menyebutkan akan menghentikan produksi di beberapa titik.
Otoritas penerbangan AS, FAA belum mencabut sanksi larangan terbang bagi pesawat Boeing 737 Max meskipun sudah habis masa berlakunya. (Foto: Reuters).
"Produksi Max telah ditangguhkan sementara. Namun fasilitas di Renton tetap terbuka karena tim kami memfokuskan perbaikan kualitas," kata Boeing merujuk pada fasilitasnya di Renton, Washington. Perusahaan memperkirakan biaya perbaikan 737 Max mencapai lebih dari 9 miliar dolar AS. Pada 29 Januari 2020, perusahaan yang menyampaikan rilis laporan keuangan triwulan ketiga, dan kemungkinan akan mengumumkan biaya tambahan yang signifikan. Boeing menghadapi tekanan kenaikan biaya pasca penghentian produksi 737 Max.
Analis memperkirakan Boeing kehilangan pendapatan sekitar 1 miliar dolar AS per bulan karena tidak beroperasinya pesawat 737-800 Max. Dilaporkan bahwa arus kas bebas negatif Boeing mencapai hampir 3 miliar dolar AS pada kuartal ketiga tahun ini. Ini tentunya harus menjadi perhatian perusahaan karena arus kas bebas negatif menunjukkan pendapatan perusahaan tidak mampu menunjang ekspansi atau pengembangan usaha.

Boeing juga melaporkan bahwa pemesanan bersih tahunan merupakan yang terburuk dalam beberapa dekade. Sementara itu pengiriman pesawat mencatat jumlah terendah dalam 11 tahun terakhir. Pabrikan ini tengah menangan masalah perangkat lunak 737 Max di Iowa.
Pekan lalu, American Airlines Group Inc dan Soutwest Airlines menyatakan akan memperpanjang masa pembatalan pemesanan pesawat B 737-800 Max hingga awal Juni. Masalah lain yang tengah dihadapi Boeing adalah kabel yang berpotensi menyebabkan korsleting pada pesawat 737-800 Max. FAA dan Boeing masih meninjau upaya perbaikan kerusakan kabel ini.[]