Jakarta - Produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing Co akan menghentikan produksi pesawat klasiknya, 747. Selain itu, perusahaan juga berencana untuk mengurangi produksi jenis B 737 Max yang beberapa tahun terakhir mengalami masalah.
Bos Boeing, Dave Calhoun terpaksa mengambi keputusan itu karena perusahaan terus dirundung kerugian akibat dampak Covid-19. Akibat penurunan drastis jumlah penumpang, maskapai penerbangan itu mengalami kerugian sekitar US$ 2,4 miliar.
Baca Juga: Imbas Corona, Boeing Butuh Banyak Pinjaman
Membengkaknya kerugian ini membuat perusahaan terpaksa mengurangi jumah karyawan secara drastis. "Kenyataannya dampak pandemi pada sektor penerbangan semakin parah," kata Calhoun.
Calhoun memperkirakan perusahaan terpaksa mem-PHK sekitar 16.000 atau sekitar 10% dari total karyawan. "Kami terpaksa mengambil langkah-langkah sulit tetapi perlu untuk beradaptasi dengan realitas pasar baru. Kami mengambil tindakan yang tepat untuk memastikan kami berada di posisi yang baik untuk masa depan," tuturnya.

Maskapai di seluruh dunia menyikapi imbas pandemi Covid-19 dengan mengurangi armada dan menunda atau membatalkan pesanan pesawat. Bulan ini, maskapai Inggris, British Airways menjadi mengumumkan akan menghentikan pengoperasian semua 747 jetnya, atau sekitar 10% dari armadanya karena penurunan penumpang. Hal yang sama juga dilakukan maskapai Australia, Qantas.
Simak Pula: Boeing Cari Pinjaman Rp 136,7 Triliun Atasi Krisis
Pandemi semakin memperburuk krisis yang dihadapi Boeing, yang sudah terjerat kesulitan akibat kasus dua kecelakaan fatal pesawat 737 Max-nya yang menewaskan 346 orang. Jet itu sudah dikandangkan (grounded) sejak Maret lalu, yang menelan biaya US$ 20 miliar. Skandal itu menyebabkan hengkangnya eksekutif puncak dan serangkaian investigasi yang sedang berlangsung. []