Jakarta - Argentina harus menunggu 15 tahun untuk menaklukkan Bolivia di La Paz. Argentina sempat tertinggal lebih dulu sebelum menang 2-1 atas tuan rumah Bolivia di pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Amerika Selatan di Stadion Hernando Siles, La Paz, Rabu, 14 Oktober 2020 dini hari WIB.
Penantian panjang hanya untuk mengalahkan Bolivia di La Paz akhirnya tercapai sudah. Meski tertinggal lebih dulu, namun Argentina secara gemilang mampu membalikkan keadaan.
Ini memang bukan kemenangan mudah bagi pasukan Lionel Scaloni. Pasalnya, La Paz memang menjadi mimpi buruk bagi Argentina.
Untuk gol tersebut, saya sudah yakin saat menendang bola. Saya tahu kondisi lapangan dan bola yang digunakan memang menyulitkan kiper
Bagaimana tidak, mereka harus bertanding di wilayah yang sangat tinggi, 3.650 meter di atas ketinggian laut. Ini menjadikan La Paz sebagai kota besar tertinggi di dunia.
Dan, bermain di ketinggian memang menyulitkan tim yang bertandang ke Bolivia. Tuan rumah memang sengaja memainkan laga internasional di La Paz karena pemain lawan sudah pasti kesulitan dengan oksigen yang tipis di daerah yang tinggi.
Bahkan Argentina pernah dibantai Bolivia 6-1 di La Paz. Pembantaian terjadi di kualifikasi Piala Dunia 2020 pada 1 April 2009. Saat itu, tim sudah diperkuat Lionel Messi yang kini menjadi kapten La Albiceleste dan ditangani Diego Maradona.
Mereka tak berkutik menghadapi Bolivia. Ini menjadi salah satu kekalahan terburuk Argentina saat ada 2 legenda di timnas.
Argentina sendiri terakhir kali mengalahkan Bolivia di La Paz pada 26 Maret 2005. Saat itu di pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2006, tim menang 2-1. Hanya, Messi dkk harus menunggu 15 tahun untuk mengulang sukses.
Sukses meraih tripoin itu tidak terlepas dari peran gelandang Joaquin Correa. Tampil sebagai pemain pengganti, dirinya justru bisa membawa Argentina meraih kemenangan di La Paz. Mengenai golnya, Correa merasa yakin bisa membobol gawang Bolivia setelah mendapat peluang itu.
"Saya yakin bakal bermain untuk tim nasional Argentina yang sangat berarti bagi saya. Tentu saya senang bisa mencetak gol dan membawa tim meraih kemenangan," kata Correa kepada Mundo Albiceleste.
"Pelatih memang meminta kami untuk bermain agresif di pertandingan ini. Untuk gol tersebut, saya sudah yakin saat menendang bola. Saya tahu kondisi lapangan dan bola yang digunakan memang menyulitkan kiper," ujar gelandang Lazio ini.

Kemenangan itu mengantarkan Argentina ke puncak klasemen dengan poin 6. Mereka meraih poin maksimal pada 2 laga pertama kualifikasi. Sebelumnya, Argentina harus bekerja keras sebelum menang tipis 1-0 atas Ekuador.
Sebaliknya, Bolivia kian terpaku di dasar klasemen. Mereka selalu menelan kekalahan dan sudah kebobolan 6 gol sehingga menduduki peringkat paling bawah.
Argentina Tertinggal Lebih dulu
Di pertandingan itu, Argentina tetap mengalami kesulitan menghadapi tim yang berada di papan bawah. Bahkan mereka tertinggal lebih dulu setelah kapten Bolivia Marcelo Martins mencetak gol di menit 24. Sundulannya sukses menaklukkan kiper Franco Armani.
Argentina harus bersabar sebelum menyamakan kedudukan. Gol tersebut baru tercipta menjelang akhir babak pertama saat striker Lautaro Martinez membobol gawang Bolivia.
Gol tercipta akibat kesalahan bek Jose Maria Carrasco. Upayanya membuang bola saat terjadi kemelut justru berakhir di kaki Martinez. Peluang itu pun dimanfaatkan dengan baik oleh striker Inter Milan ini.
Kemenangan Argentina ditentukan oleh Correa saat pertandingan memasuki 10 menit terakhir. Pemain yang masuk menggantikan Lucas Ocampos ini menyelesaikan umpan dari Martinez untuk menaklukkan kiper Carlos Lampe di menit 79. Skor berubah menjadi 2-1 untuk Argentina dan bertahan sampai akhir laga. []