Jakarta – Bulan April 2021 jadi bulan paling suram bagi Brasil pada masa pandemi virus corona (Covid-19) ini ketika rumah sakit berjuang menampung banyak pasien korban meninggal tercatat dalam rekor tertinggi. Celakanya, tidak ada tanda-tanda akan terselesaikannya program vaksinasi bermasalah di negara Amerika Latin yang terbesar itu.
Laporan situs independen, worldometer, sampai tanggal 12 April 2021 jumlah kasus positif Covid-19 di Brasil mencapai 13.482.543 dengan 353.293 kematian. Jumlah kasus ini menempatkan Brasil di peringkat ke-2 dunia di belakang India (13.527.717) dan Amerika Serikat (AS) dengan jumlah kasus 31.918.601. Berdasarkan jumlah kematian Brasil ada di peringkat ke-2 dunia di belakang AS dengan jumlah kematian 575.829.

Jumlah kematian akibat Covid-19 di Brazil mencapai rekor dalam sehari pada tanggal 6 April 2021 yaitu 4.211 orang meninggal,
Kementerian Kesehatan Brasil sudah tiga kali mengurangi perkiraan pasokan vaksin pada bulan April 2021, menjadi setengah dari perkiraan awal. Dua laboratorium terbesar negara itu menghadapi kendala pasokan.
Penundaan vaksinasi itu juga berarti puluhan ribu kematian lebih banyak akibat virus corona jenis baru yang sangat menular melanda Brasil. Negara itu mencatat sekitar 350.000 dari 2,9 juta kematian akibat virus di seluruh dunia, di belakang Amerika yang jumlah korbannya lebih dari 560.000.
Korban meninggal diperkirakan terus meningkat dalam dua minggu ke depan menjadi rata-rata hampir 3.500 per hari, sebelum menurun, menurut Institut Metrik Kesehatan dan Evaluasi Universitas Washington.
Turis mengunjungi monumen Christ the Redeemer di Rio de Janeiro, Brasil, pada 13 Maret 2020 (foto dirilis 16 Maret 2020) (Foto: efe.com - EPA-EFE/Antonio Lacerda).
Pakar kesehatan masyarakat Brazil menyalahkan Presiden Jair Bolsonaro karena menolak pemberlakuan langkah ketat untuk mencegah penularan dan terlibat bentrok dengan para gubernur serta walikota yang memberlakukan pembatasan.
Kegagalan untuk mengendalikan penyebaran virus diperparah oleh Departemen Kesehatan yang mengandalkan satu vaksin saja, AstraZeneca, kemudian hanya membeli satu vaksin cadangan, CoronaVac buatan China setelah masalah persediaan vaksin muncul. Pihak berwenang mengabaikan produsen lain dan menyia-nyiakan peluang sehingga terlambat memperoleh vaksin dalam jumlah besar untuk paruh pertama 2021 (ps/jm)/voaindonesia.com. []