Bubur India Semarang, Menu Buka Puasa Warisan Pedagang Gujarat

Bersama dengan warga lokal, para pedagang Gujarat ini kemudian membangun masjid yang belakangan dikenal dengan sebutan Masjid Jami Pekojan.
Bubur India, menu buka bersama warisan pedagang muslim Gujarat ratusan lalu bisa didapat di Masjid Jami Pekojan, Semarang, Jawa Tengah. (Agus)

Semarang (Tagar 20/5/2018) – Setiap Ramadan, Masjid Jami Pekojan, di Jalan Petolongan No 1, Kelurahan Purwodinatan, Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah, selalu menyuguhkan menu khas berbuka puasa. Namanya bubur India.

“Sudah tradisi sejak ratusan tahun lalu, takmir masjid menyediakan bubur India untuk buka puasa,” kata Mazhar, salah satu pembuat bubur India, Sabtu (19/5).

Tradisi RamadhanKisaran tahun 1800-an banyak pedagang muslim Gujarat dan Pakistan yang datang ke Semarang untuk berdagang. Selain berdagang, mereka juga menyiarkan agama Islam kepada penduduk setempat. (Agus)

Asli Lokal
Jangan salah, meski punya nama India namun bubur yang satu ini bukan produk kuliner impor asal negeri Shahrukh Khan. Dilabeli India, karena menu tersebut kali pertama dibawa dan dikenalkan oleh pedagang muslim India (Gujarat) yang merantau ke Semarang.

Cerita yang berkembang di warga sekitar Masjid Jami, kisaran tahun 1800-an banyak pedagang muslim Gujarat dan Pakistan yang datang ke Semarang untuk berdagang. Selain berdagang, mereka juga menyiarkan agama Islam kepada penduduk setempat. Beberapa diantaranya bahkan menetap setelah menikahi wanita pribumi.

Bersama dengan warga lokal, para pedagang Gujarat ini kemudian membangun masjid yang belakangan dikenal dengan sebutan Masjid Jami Pekojan. Nama Pekojan disematkan lantaran berasal dari kata Koja, sebutan yang merujuk keturunan India dan Pakistan.

Dari rutinitas interaksi ini tercetus ide untuk mengadakan buka bersama dengan musafir maupun warga muslim sekitar masjid. Menunya adalah makanan khas buka puasa muslim India, yakni bubur. Tradisi setiap Ramadan terus bertahan dan turun menurun dipertahankan takmir masjid maupun ahli waris pembuat bubur India.

Resep Ratusan Tahun
“Turun temurun dari kakek saya. Kakek memang dari Gujarat, waktu itu ke Semarang dan biasanya orang Gujarat itu dagang sekaligus jadi mubaliq. Setelah bertahun-tahun di Indonesia dan di pekojan ini kemudian membentuk grup. Grup itu kalau Ramadan biasanya di India sana ada bubur, diwariskan ke kami,” beber Mazhar.

Meski sudah berusia ratusan tahun tapi bubur India tetap mempertahankan ciri khas awal pembuatannya. Yakni adanya rempah di bahan-bahan bubur. “Bahan bakunya, beras, santan, garam, jahe, wortel, bawang merah, bawang putih, daun sere, daun salam, kayu manis serta daun pandan untuk bau penyedapnya,” jelas dia.

Bahan-bahan tersebut dimasak dalam kuali tembaga besar diatas tungku api berbahan kayu bakar. Dari yang semula hanya untuk kisaran 15 muslim musafir, kini Masjid Jami Pekojan saban hari menyediakan 250 hingga 350 porsi bubur India. Maka tak heran, proses pembuatan membutuhkan waktu cukup lama, sekitar 2 jam.

Bubur India yang sudah matang dicampur dengan kuah gulai kambing atau kuah sayur. Dituangkan ke mangkuk plastik warna-warni, kemudian diletakkan berjejer rapi di lantai masjid sekitar 30 menit sebelum waktu berbuka. Dan sebagai menu tambahan, takmir masjid juga menyajikan susu, kurma atau buah-buahan.

“Tiap Ramadan saya selalu menyempatkan berbuka di sini. Karena memang ada yang khas, bubur India. Alhamdulillah, rasanya enak dan cukup mengenyangkan untuk membatalkan puasa,” kata Adri Maulana, warga Semarang Barat. (ags)

Berita terkait
0
Kementerian Agama Siapkan Pengaturan Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK
Menjelang dan pada Iduladha dan tiga hari tasyrik di Iduladha pasti kebutuhan hewan ternak terutama sapi dan kambing itu akan tinggi