Budayawan Tolak Larangan Ondel-ondel untuk Mengamen

Budayawan tidak sepakat dengan rencana DPRD DKI Jakarta untuk merevisi Perda melarang ondel-ondel dipakai atribut mengamen di jalanan.
Ondel-ondel yang dipakai untuk mengamen di Jakarta. (Foto: sudinpusarjakpus.jakarta.go.id)

Jakarta - Budayawan Nungki Kusumastuti mengaku tidak sepakat dengan rencana DPRD DKI merevisi Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta nomor 4 tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi. Dengan fokus untuk pelarangan ondel-ondel untuk kegiatan meminta-minta atau mengamen.

"Kalau dilihat dari cita-citanya DPRD merevisi untuk tidak menggunakan ondel-ondel untuk minta-minta. Namun itu kan kebudayaan milik hak masyarakat sehingga boleh-boleh saja digunakan untuk ngamen," kata dosen Institut Kesenian Jakarta itu kepada Tagar, Rabu, 12 Februari 2020.

Itu bisa dikatakan kebanggaan anak-anak yang kemudian dimanfaatkan untuk mencari uang, kalau dipromosikan justru oke dong.

Menurut Nungki, pada dasarnya masyarakat yang menggunakan ondel-ondel untuk mengamen di jalanan itu bagian dari bentuk kebanggaan. Sehingga secara tidak langsung masyarakat turut mempromosikan kebudayaan Betawi secara luas.

"Itu bisa dikatakan kebanggaan anak-anak yang kemudian dimanfaatkan untuk mencari uang, kalau dipromosikan justru oke dong," ujarnya. 

Nungki melihat fenomena ini dari sudut pandang lain. Menurutnya mengamen dengan atribut ondel-ondel tidak ada salahnya. Dia mencontohkan hal tersebut dengan sebuah pameran musik yang secara substansi adalah meminta uang juga.

"Cuma bedanya, kalau misal ondel-ondel di jalanan ini difasilitasi ke dalam sebuah gedung itu akan lebih menarik, tidak ada bedanya dengan pemain biola di luar negeri misalnya, yang bermain kemudian meminta uang dengan menodongkan topinya," ucap dia.

Ondel-ondel ngamen di jalananOndel-ondel ngamen di jalanan. (Foto: Antara/Sugiharto Purnama/Satrio Giri Marwanto/Perwiranta)

Sementara itu, di satu sisi Nungki membenarkan niat dari DPRD yang ingin merapikan pameran ondel-ondel yang diobral di jalanan yang cenderung merendahkan kebudayaan Betawi. Namun di sisi lain, dia menyebut masyarakat bawah hanya memiliki atribut dalam mencari uang.

"Masyarakat yang dimiliki hanya atribut ondel-ondel. (Sebenarnya) tidak masalah, tapi mungkin perlu diluruskan saja bahwa untuk menjunjung kebudayaan ondel-ondel, mereka bisa membuat sebuah pameran budaya di tempat yang agak bagus," tuturnya.

Lebih lanjut, Nungki mengaku miris dengan banyaknya fenomena pengamen ondel-ondel di jalanan Jakarta yang kerap mengganggu lalu lintas. Selain itu, para pengamen tidak segan-segan untuk mengetuk pintu kaca mobil dan memaksa untuk diberikan uang.

"Miris sebetulnya, mereka nenteng (memegang) kaleng, mengetuk-ngetuk pintu mobil, mengganggu lalu lintas. Kalau misal mereka diserempet mobil bagaimana," tuturnya. 

Sebelumnya, Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Iman Satria mengusulkan revisi Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta nomor 4 tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi. Wacana Iwan melarang ondel-ondel menjadi atribut ngamen di pinggir jalan kemudian bergulir di DPRD. 

"Budaya Betawi sama masalah ondel-ondel itu harus jadikan ikon yang enggak boleh dijadikan untuk pengamen di jalan. Nanti dimasukin di perda," kata Iman, Selasa, 11 Februari 2020.

Iman mengklaim telah berbicara dengan Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Hendry Wardhana terkait revisi tersebut. Dia menyebut revisi bertujuan untuk menjaga kehormatan ondel-ondel sebagai bentuk sebuah kebudayaan.

"Iya, untuk, pertama, menjaga dulu marwah ondel-ondel jangan dipakai untuk ajang pengamen. Agar lebih kuat harus di-perda-kan. Perda mana? Perda Betawi. Kalau sudah masuk pasal itu kan pelanggaran," kata dia. 

Tidak hanya DPRD, eks Wakil Gubernur Banten Rano Karno juga mengaku miris melihat banyaknya ondel-ondel dijadikan sarana mengamen di jalan. Pasalnya, ondel-ondel dikenal sebagai salah satu warisan kebudayaan Betawi yang harus dihargai.

"Harusnya tidak seperti itu. Ada tempat di Setu Babakan. Cuma di Setu Babakan hanya ramai pas weekend aja, sementara hidupnya kan harus setiap hari," kata Rano Karno saat ditemui di Jakarta, Senin, 13 Januari 2020, seperti diberitakan Antara.

Dia menuturkan ondel-ondel biasanya ditampilkan saat kegiatan kebudayaan dan hari besar nasional. []

Berita terkait
Rano Karno Miris Ondel-ondel Mengamen di Jalan
Rano Karno miris ondel-ondel dimanfaatkan untuk mengamen di Jalan
Kami Bangga Ondel-ondel Disertakan Dalam Asian Games 2018
Kami bangga ondel-ondel disertakan dalam Asian Games 2018. 'Ciri khas Jakarta memang harus ditampilkan.'
DPRD Ngebut Tentukan Wakil Anies Baswedan Bulan Ini
DPRD DKI Jakarta ngebut menentukan pendamping Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hingga akhir bulan ini.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.