Bupati Tapteng: Banjir Barus Akibat Illegal Logging

Bupati Tapanuli Tengah menyebut banjir yang terjadi di wilayahnya belum lama ini akibat aktivitas penebangan liar.
Bupati Tapteng Bakhtiar Ahmad Sibarani, usai menghadiri pelantikan anggota dewan, Senin, 17 Februari 2020. (Foto: Tagar/Dody Irwansyah)

Tapteng - Banjir di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Kamis, 30 Januari 2020 lalu, disebabkan berbagai faktor. Salah satu, diduga adanya aktivitas penebangan liar di daerah tersebut.

Hal tersebut dikatakan Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng) Bakhtiar Ahmad Sibarani saat dikonformasi usai menghadiri pelantikan anggota dewan, Senin, 17 Februari 2020.

Ia menjelaskan, indikasi penebangan liar terlihat dari beberapa potongan kayu di lokasi banjir.

“Pak Gubernur, tolong perintahkan tim turun, kami yakin karena ada illegal logging. Kalaupun Pak Gubernur mengatakan tidak ada, yang bisa mengatakan tidak ada, tim. Jangan dulu diputuskan ini tidak ada. Kami yakin karena kayu, dua, tiga kami lihat,” katanya.

Tak ada boleh illegal logging di Kabupaten Tapanuli Tengah

Bakhtiar juga meminta polisi mengusut dugaan illegal logging di Kabupaten Tapanuli Tengah, karena pihaknya tidak memiliki kewenangan.

“Kami tidak punya kewenangan mengenai itu, yang ada Dinas Kehutanan di provinsi dan balai yang di Tarutung, turunkanlah tim. Tolonglah Pak Gubernur perintahkan supaya dicek, kami semangat mendukung itu, tak ada boleh illegal logging di Kabupaten Tapanuli Tengah,” ujarnya.

Ramli Manalu, salah seorang warga Tapteng sebelumnya juga mengatakan hal serupa. Dia menduga banjir terjadi karena penebangan liar di perbatasan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara.

“Mulai dari Pakkat, Bonandolok, sudah hancur-hancuran, itu Tapanuli Tengah sebagian Tapanuli Utara sebagian. Jadi gunung itu sudah diambil kayunya tiga puluh tahun yang lewat. Sampai sekarang tak ada lagi, tapi sudah busuk kayu itu apa lagi menahan longsor itu,” ungkapnya.

Pak Tanjung, warga Tapteng lainnya, mengaku kejadian di Barus baru-baru ini adalah banjir terbesar. Dia menduga banjir akibat penebangan liar.

“Kalau illegal logging saya rasa dari dulunya itu, 30 tahun yang lewat. Kalau tak ada penebangan pohon mana mungkin kekgini. 58 tahun umur saya sekarang, baru ini saya lihat banjir. Tak pernah begini. Harapan kita, yah berdampinganlah masyarakat dengan pemerintah, kalau memang ini kejadiannya misalnya kegundulan gunung, mungkin masyarakat pun tahulah akibatnya. Haruslah penanaman ulang,” ucapnya.

Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, menyebut tidak menginginkan bencana itu dikaitkan dengan adanya kegiatan penebangan pohon tak terkendali di hutan. Karena menurut Edy, bencana bisa saja disebabkan faktor alam dan bukan disebabkan ulah manusia.

“Kalau ada illegal logging berarti ada tanda-tanda potongan kayu yang tidak beraturan yang diambil oleh manusia, ini tidak ada, yang ada kayu-kayu tua, kayu-kayu yang roboh. Jangan setiap ada banjir bandang, terus didekatkan dengan ilegal, tak mesti juga begitu. Ada kondisi iklim yang ekstrem, yang kedua ada juga musibah. Itu kalau tak diundang oleh manusia tak datang itu, itu sebagai introspeksi, masyarakat mungkin ada yang salah,” katanya.[]

Berita terkait
Banjir Tapteng, Total 8 Orang Tewas
Tim SAR gabungan kembali menemukan satu korban tewas akibat banjir yang merendam tiga kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah.
Sawah Dihajar Banjir, Wanita Tapteng: Bawa Ketawalah
Banjir yang merendam tiga kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, merusak persawahan milik warga dan hampir dipastikan gagal panen.
Banjir Kepung Jakarta, PLN Matikan 133 Gardu Listrik
PLN melakukan pemadaman sebanyak 133 gardu listrik di wilayah yang mengalami banjir di Jakarta pada Sabtu, 8 Februari 2020.