Kudus - Imbauan pemerintah untuk meningkatkan intensitas cuci tangan pakai sabun maupun hand sanitizer untuk mencegah penularan virus corona ditindaklanjuti dengan baik oleh masyarakat. Hanya saja, ketika menggunakan hand sanitizer berlebih maka bisa berdampak buruk pada kulit tangan.
Terlebih bagi mereka yang memiliki kulit dengan tipe kering dan sensitif terhadap bahan kimia. Keseringan mencuci tangan dengan hand sanitizer menyebabkan kulit tangan menjadi kering dan kasar.
Mungkin karena intensitas terlalu berlebihan. Maklum saking takutnya sama corona, dikit-dikit cuci tangan pakai hand sanitizer.
Seperti yang dirasakan oleh Naimatul, 26 tahun, warga Desa Peganjaran, Kecamatan Bae. Ia mengaku kulitnya kini terasa kering dan sedikit kasar akibat keseringan menggunakan hand sanitizer.
"Mungkin karena intensitas terlalu berlebihan. Maklum saking takutnya sama corona, dikit-dikit cuci tangan pakai hand sanitizer. Makanya kulit jadi kering seperti ini," kata perempuan yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar itu kepada Tagar, Rabu, 25 Maret 2020.
Arif Saefuddin, jurnalis di Kudus, juga mengeluhkan hal yang sama. Pria 47 tahun itu mengaku kulitnya bisa digolongkan ke jenis kulit kering. Pemakaian hand sanitizer yang terlalu sering membuat kulit tangannya kian terasa kering.
"Sekarang saya mulai mengurangi penggunaan hand sanitizer. Kalau ada wastafel, saya lebih memilih cuci tangan menggunakan sabun. Biar kulitnya tidak terlalu kering," ujarnya.
Menanggapi hal ini, dokter spesialis kulit dan kelamin, dr. Endang menuturkan gangguan semacam itu rentan dialami oleh orang dengan tipe kulit kering dan sensitif. Ia pun membagikan tips kulit tangan tetap lembab meski kerap memakai hand sanitizer.
Caranya, gunakan pelembab kulit pada malam hari atau saat tidak bertemu dengan orang lain. Kandungan pelembab yang bisa digunakan cukup bervariasi, seperti minyak, glycerin dan vaselin.
"Ini nama kandungan yang terdapat dalam pelembab ya, bukan nama merek dagang," ujar ahli kulit yang bertugas di RS Mardirahayu Kudus itu.
Menurut dokter berparas cantik tersebut, pemakaian pelembab secara rutin cukup ampuh mengurangi efek kulit kering akibat keseringan menggunakan cairan pembunuh kuman. Selain itu, tingkat kebutuhan cuci tangan setiap orang juga perlu diperhatikan.
"Tidak ada batasan setiap hari harus berapa kali cuci tangan. Karena kebutuhan cuci tangan setiap orang berbeda. Tergantung dengan tingkat risiko paparan kuman dan kotoran masing-masing individu," kata dia
Endang lantas mencontohkan tenaga medis yang setiap waktu harus menangani pasien dengan berbagai macam penyakit. Mereka memiliki kebutuhan cuci tangan dengan hand sanitizer yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang sering memasak di rumah.
"Kalau di rumah mungkin bisa cuci tangan dengan menggunakan sabun. Tidak harus menggunakan hand sanitizer," tuturnya.
Diketahui, hand sanitizer punya kandungan utama alkohol. Alkohol bisa menghancurkan dinding permukaan virus yang terbuat dari lemak. "Lemak tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol. Untuk itu cuci tangan dengan sabun maupun hand sanitizer sangat dianjurkan dan digencarkan," kata dia.
Menyikapi maraknya pembuatan hand sanitizer secara mandiri, Endang tidak merekomendasikan hal itu. Sebab untuk meracik cairan kimia tidak bisa dilakukan sembarangan. Apalagi oleh orang yang tidak memiliki kemampuan di bidang itu.
"Takutnya efek perlindungan terhadap kuman yang diharapkan oleh pengguna tidak didapatkan. Daripada pakai seperti itu, lebih baik cuci tangan pakai sabun," ucap dokter berkacamata ini. []
Baca juga:
- Tujuh Rahasia Khasiat Daun Kelor untuk Kulit
- Manfaat Alami Lidah Buaya untuk Mempercantik Kulit
- Lima Tips Mencegah Kulit Keriput Saat Tidur
