Kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri seseorang, terutama dari hati dan perasaannya. Hati yang sehat dan bersih akan membawa kebahagiaan yang tulus. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)" (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599). Oleh karena itu, menjaga kesehatan hati adalah kunci utama untuk meraih kebahagiaan yang hakiki.
Salah satu cara untuk menjaga hati adalah dengan tidak membenci orang lain. Jangan pernah membenci seseorang hanya karena mereka lebih baik atau pernah melakukan kesalahan. Sebaliknya, doakan mereka agar berubah menjadi lebih baik. Kebencian hanya akan merusak persaudaraan dan mengurangi kebahagiaan kita. Allah SWT berfirman dalam QS Al Hujurat (49): 10, "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat".
Berhenti berkeluh kesah juga penting untuk menjaga kebahagiaan. Orang beriman tidak mudah mengeluh atas apa yang menimpanya, karena setiap pengalaman adalah proses pembelajaran. Alih-alih mengeluh, lebih baik kita memperbanyak doa kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Ma’arij (70): 19-25, "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)".
Berprasangka baik atau memiliki pikiran positif juga sangat penting. Meskipun kita sering menghadapi musibah, kita harus tetap yakin bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan kita. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah (2): 286, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya". Rasulullah SAW juga mengajarkan, "Allah Ta'ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat)" (HR. Bukhari-Muslim).
Terakhir, ikhlas memberi dan berbagi adalah kunci kebahagiaan yang besar. Meskipun kita tidak dalam kondisi berlebih, tetaplah berbagi dengan orang lain. Rasulullah SAW bersabda, "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allah akan menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya" (HR. Bukhari-Muslim). Hadits ini mengingatkan kita untuk lebih suka memberi daripada meminta, karena yang memberi akan menjadi pihak yang lebih baik dan mulia.