Yogyakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta kewalahan menangani banyaknya korban pagebluk yakni jenazah terpapar Covid-19 yang harus dimakamkan seiring tingginya kasus meninggal dunia. Hal ini sempat dialami para petugas pada pertengahan November 2020 ini.
Salah seorang petugas Tim Pemuliaan Jenazah BPBD Kota Yogyakarta Retno Rahayu Subekti menjelaskan, para personel BPBD sempat kewalahan pada Sabtu, 21 November 2020 hingga keesokan harinya, 22 November 2020. Pasalnya, dalam kurun waktu 36 jam, para personel BPBD harus memakamkan enam jenazah sekaligus.
Baca Juga:
"Saat Sabtu itu malah kami dari pagi, sampai Minggu sorenya, sekitar Magrib, pukul 18.00. Kami ada total enam kali pemakaman, selama 36 jam itu," cerita Retno, Jumat, 27 November 2020.
Rahayu pun tak menampik, jika dipaksakan, jumlah jenazah di Kota Yogyakarta yang harus dimakamkan personelnya dengan prosedur Covid-19 lebih dari itu. Akan tetapi, pihaknya merasa tak sanggup lagi, sampai akhirnya pemakaman dilimpahkan langsung ke personel BPBD DIY.
"Sebenarnya total ada 10 jenazah. Tapi, kami tidak mampu kalau sampai 10 pemakaman. Kemudian, yang empat jenazah diantaranya kami minta tolong BPBD provinsi yang memakamkannya," papar dia.
Saat Sabtu itu malah kami dari pagi, sampai Minggu sorenya, sekitar Magrib, pukul 18.00. Kami ada total enam kali pemakaman, selama 36 jam itu.
Sejatinya, kata Retno, jika dalam situasi normal untuk setiap harinya jumlah personel BPBD Kota Yogyakarta sudah mencukupi. "Kami hanya memiliki lima tim, setiap tim diisi tujuh personel. Dalam pemakaman yang keenam di hari itu, kami sampai menurunkan tim cadangan ditambah personel yang sudah bertugas Sabtu pagi, kami minta berangkat lagi Minggu sorenya," papar dia.
Para personel BPBD Kota Yogyakarta sedang memakamkan jenazah Covid-19 di pemakaman Kota Yogyakarta.(Foto: Tagar/Dok. BPBD Kota Yogyakarta)
Maka, setelah menjalani dua hari yang sangat padat dan melelahkan itu, kata Retno, Tim Personel Tim Pemuliaan Jenazah BPBD Kota Yogyakarta pun diliburkan sementara. Meskipun pada permintaan pemakaman dari RSUD Kota Yogyakarta, Selasa, 24 November 2020 akhirnya dengan terpaksa dialihkannya ke tim BPBD DIY.
"Kami harus menjaga semua, karena tim sempat melakukan pemakaman dini hari juga, dalam kondisi hujan deras. Jadi, untuk menjaga kondisi, teman-teman diistirahatkan dulu. Baru hari Rabu, 25 November, kami on lagi dan ada satu jenazah yang kami makamkan dengan prosedur corona," papar dia.
Baca Juga:
Lebih lanjut, Retno juga menjelaskan, deretan jenazah yang dimakamkan personelnya tersebut, belum tentu berstatus positif Covid-19. Namun, mereka menjalani perawatan di rumah sakit dengan diagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Atas, sehingga pemakaman harus mengikuti prosedur.
"Karena jika diagnosa ISPA, di RS pasti di-swab. Padahal, bisa saja pasien meninggal dunia sebelum hasil swabnya keluar. Nah, walaupun hasil swab belum keluar, kalau meninggal dunia, tetap harus dengan protokol," tutur dia.
Berkaca pada pengalaman tempo hari yang membuatnya kewalahan, pihaknya pun mendapat tambahan 10 personel pemuliaan jenazah yang berasal dari PMI Kota Yogyakarta. Hal itu juga untuk mengantisipasi kondisi-kondisi tertentu, saat dibutuhkan tenaga lebih dalam sebuah pemakaman.
Baca Juga:
"Kami harus berangkatkan satu tim plus lima personel jika ada catatan khusus. Misal jenazah sudah over weight, lalu lokasi pemakaman dengan parkir mobil jaraknya jauh. Makanya kita butuh tambahan tenaga," ungkapnya.
Tak hanya itu, tambahan personel juga diperlukan untuk mengantisipasi hal lainnya. "Kalau jaraknya jauh, medannya berat, kami harus sering tukar posisi. Mengangkat peti dengan menggunakan APD rasanya beda loh. Pengap sekali itu, karena saya juga pernah tugas bersama teman-teman," tutur Retno. []