Jakarta – China dan Taiwan, Minggu, 10 Oktober 2021, saling melontarkan kecaman keras tentang masa depan wilayah kepuluan itu. China mendesak untuk melakukan reunifikasi, sementara Taiwan merespons dengan pertunjukkan kemampuan militer yang sangat jarang terjadi.
Dalam perayaan Hari Nasional wilayah itu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan “kami akan melakukan yang terbaik untuk mencegah diubahnya status quo secara sepihak,” di mana Taiwan beroperasi sebagai negara yang diperintah secara independen, bahkan ketika China mengklaim pulau itu sebagai bagian dari wilayah China.
“Kami akan terus memperkuat pertahanan nasional kami dan menunjukkan tekad kami untuk membela diri sendiri guna memastikan agar tidak satu pihak pun dapat memaksa Taiwan mengambil jalan yang telah ditetapkan China untuk kami,” tambah Tsai.
Kantor Urusan Taiwan-China mengecam pidato Tsai, dengan mengatakan pidato itu menghasut konfrontasi dan memutarbalikkan fakta, menutup jalan menuju negosiasi yang diupayakan Taiwan.
Taiwan memamerkan piranti keras militernya, termasuk jet-jet tempur, tank dan sistem rudal impor dan buatan dalam negeri.
Selama puluhan tahun Amerika tetap mendukung kebijakan satu-China yang mengakui klaim atas Taiwan, namun masih terus menjual piranti keras militer pada Taiwan, termasuk penjualan senjata bernilai 5,1 miliar dolar AS pada 2020.
Foto selebaran yang diambil dan dirilis pada 11 Mei 2018 oleh Kementerian Pertahanan Taiwan ini menunjukkan sebuah pesawat tempur F-16 (kiri) AU Republik China (Taiwan) terbang bersama pesawat pengebom H-6K AU Pembebasan Rakyat China (PLAAF). (Foto: voaindonesia.com/AFP)
Tsai, dalam pidatonya, menekankan demokrasi di negara pulau itu yang sangat hidup, bertolak-belakang dengan sistem satu partai yang otoriter di China.
Presiden China. Xi Jinping. pada Sabtu, 9 Oktober 2021, menyatakan bahwa reunifikasi dengan Taiwan “harus direalisasikan.”
“Tidak ada yang boleh meremehkan tekad dan kemampuan kuat rakyat China untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial kami,” tegas Xi.
Dalam pidatonya Tsai mengatakan “jalan yang telah ditetapkan China tidak menawarkan cara hidup yang bebas dan demokratis bagi Taiwan, atau kedaulatan bagi 23 juta warga kami.”
Survei warga di Taiwan menunjukkan mereka sangat mendukung kemerdekaan negara mereka secara de facto dan sangat menolak penyatuan dengan China. Bahkan ketika China bersumpah – jika perlu – menggunakan kekuatan militer untuk mengembalikan pulau itu di bawah kendalinya.

Beberapa hari terakhir ini, puluhan jet tempur China telah terbang di atas zona pertahanan udara Taiwan untuk unjuk kekuatan. Hal ini memaksa Taiwan mengerahkan jet-jet tempurnya upla. Tahun lalu China telah melakukan lebih dari 800 penerbangan semacam itu (em/jm/ft)/Associated Press/voaindonesia.com. []
Presiden Tsai Ing-wen: Taiwan Tidak Inginkan Konfrontasi
Adu Jotos Diplomat China dan Taiwan, Satu Luka Parah
China Kecam G7 Tegaskan Taiwan Adalah Urusan Dalam Negeri
Taiwan di Persimpangan Jalan Terima Atau Tidak Vaksin China