Jakarta - Seorang model fashion Uighur merekam saat dirinya diborgol di tempat tidur di sebuah pusat pencegahan epidemi virus corona Covid-19 atau C-19. Namun seorang pejabat China bersikeras bahwa penahanan Merdan Ghappar, seorang model etnis minoritas muslim Uighur, sah secara hukum.
Ghappar menyebarkan video dirinya yang tengah diborgol dengan serangkaian pesan teks. Seperti diberitakan dari BBC News, Selasa, 18 Agustus 2020, video tersebut telah dikirim kepada keluarganya pada Februari lalu.
Selama pemindahan, Merdan Ghappar melakukan tindakan merugikan diri sendiri dan tindakan berlebihan terhadap polisi.
Baca Juga: China Pekerjakan Etnik Uighur untuk Produksi Masker
Video tersebut kemudian dikirim ke BBC dan dirilis awal bulan Agustus ini. Pesan tersebut membeberkan sistem penahanan bagi warga etnis Uighur yang aman dan rahasia di Xinjiang. Ghappar bertutur bahwa diborgol di tempat tidur, sementara 50 orang lainnya mendekam di penjara.
Ghappar menyebutkan bahwa ia kemudian diisolasi di pusat pencegahan epidemi, tempat pria muda itu merekam video tersebut. Seorang kerabat mengatakan pria berusia 31 tahun itu secara paksa kembali ke wilayah paling barat Xinjiang pada Januari setelah menyelesaikan hukuman 16 bulan karena pelanggaran narkoba di kota Foshan, China selatan, tempat ia tinggal dan bekerja.

Sekarang, lebih dari dua minggu setelah BBC mengirimkan daftar pertanyaan kepada pihak berwenang China, tanggapan datang dalam bentuk pernyataan tertulis oleh kantor pers pemerintah Xinjiang. "Menurut pasal 37 Undang-Undang Penjara Republik Rakyat China," dikatakan, "pemerintah rakyat akan membantu para tahanan yang dibebaskan untuk dimukimkan kembali," ucapnya.
"Selama pemindahan, Merdan Ghappar melakukan tindakan merugikan diri sendiri dan tindakan berlebihan terhadap polisi. Mereka mengambil tindakan hukum untuk menghentikannya, dan mencabut tindakan tersebut begitu suasana hatinya telah stabil," lanjutnya.
Meskipun Ghappar menghabiskan waktu bertahun-tahun di Foshan - di mana teman dan kerabatnya mengatakan bahwa ia menghasilkan banyak uang dari model pakaian - ia dibawa kembali ke kota kelahiran di Kucha, Xinjiang. "Kami menunjukkan pernyataan pemerintah China kepada paman Merdan Ghappar, Abdulhakim Ghappar, yang kini tinggal di Belanda setelah meninggalkan Xinjiang pada 2011," ucap pihak berwenang Tiongkok.
Simak Pula: Nasib Warga Uighur Pasca Virus Corona Masuk Xinjiang
Menurutnya, jika polisi ingin memberikan bantuan agar Ghappar kembali bekerja, mereka seharusnya membantunya di Foshan karena ia bekerja di sana, dia punya rumah di sana. "Jadi, ia merasa nyaman telah dikirim kembali ke Kucha, Xinjiang meskipun dengan paksa," tutur pihak berwenang China, []