Beijing - Bank sentral China (People's Bank of China - PBoC) mengumumkan akan menurunkan suku bunga kredit untuk mendorong perekonomian yang terimbas dampak penyebaran virus corona. Pemangkasan suku bunga pinjaman (loan prime rate - LPR) - salah satu suku bunga preferensial yang diberlakukan bank komersial pada nasabah terbaik - yang berfungsi sebagai referensi untuk bunga kredit lainnya, adalah langkah terbaru untuk membantu perusahaan mengatasi kerugian akibat dampak epidemi.
Seperti diberitakan dari Channel News Asia, Kamis, 20 Februari 2020, bunga LPR berjangka waktu satu tahun diturunkan sebesar 10 basis poin dari 4,15 menjadi 4,05 persen, kata pernyataan bank sentral China. Sementara LPR berjangka waktu 5 tahun - banyak kreditur mendasarkan bunga hipotek mereka - juga diturunkan 5 basis poin dari 4,8 menjadi 4,75 persen. LPR dirilis pada hari ke-20 setiap bulan, didasarkan pada tingkat operasi pasar terbuka bank sentral, khususnya tingkat fasilitas pinjaman jangka menengah.
Terkait penurunan LPR, Reuters mensurvei 51 responden. Dari jumlah itu, sekitar 38 responden atau 75 persen memperkiraskaan suku bunga LPR akan diturunkan 10 basis poin baik yang berjangka waktu setahun dan lima tahun. Senin lalu, bank sentral juga menurunkan bunga pinjaman jangka menengah. Kalangan investor memperkirakan pemerintah China akan meluncurkan banyak pelonggaran moneter dan stimulus fiskal dalam waktu dekat untuk membantuk perusahaan kecil mengatasi dampak virus.

Penurunan bunga LPR dilakukan ketika Tiongkok berjuang untuk mengendalikan epidemi virus corona yang telah menginfeksi lebih dari 74.500 orang. Ancaman wabah bisa membuat perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan Tiongkok lumpuh oleh langkah-langkah karantina yang meluas.
Kami berharap bank sentral untuk melonggarkan kondisi moneter dalam beberapa minggu mendatang, setelah gangguan virus corona mulai membebani lapangan kerja.
Bank sentral menyatakan awal bulan ini akan mengucurkandana senilai 300 miliar yuan atau setara 43 miliar dolar AS (Rp 592,7 triliun) untuk membantu perusahaan yang ikut memerangi wabah virus corona. Julian Evan Pritchard, analis dari Capital Economics mengatakan penurunan suku bunga akan membantu perusahaan mengatasi kerugian akibat dampak virus corona.
Namun ucap Pritchard, kemampuan perusahaan untuk menunda pembayaran dan mengakses pinjaman dengan persyaratan preferensi akan lebih penting dalam jangka pendek. "Kami berharap bank sentral untuk melonggarkan kondisi moneter dalam beberapa minggu mendatang, terutama mengingat tanda-tanda bahwa gangguan virus corona mulai membebani lapangan kerja," tuturnya.
Menurutnya, pemangkasan suku bunga pinjaman tidak terlalu memberikan dampak yang siginfikan kepada jutaaan perusahaan swasta kecil. "Mereka inilah yang paling menderita akibat epidemi dan tidak dilayani dengan baik oleh sektor perbankan," jelas Pritchard.
Mayank Mishra, ahli strategi makro di Standard Chartered Bank di Singapura, mengatakan pemangkasan LPR mungkin tidak cukup untuk mengatasi dampak ekonomi dari virus corona. "Pihak berwenang China mengirim pesan bahwa pelonggaran akan terjadi tetapi dengan kecepatan terukur. Mereka tidak ingin memicu harapan bahwa bank sentral akan melonggarkan secara agresif," ujarnya seperti diberitakan dari yahoo finance yang mengutip Reuters.[]
Baca Juga:
- China Akui Butuh Dukungan Global Atasi Virus Corona
- Kaisar Jepang Batal Ulang Tahun Gegara Virus Corona